TPM: Polisi Berlebihan Sebut 10 Anggotanya Tewas Saat Operasi Teroris
Jakarta (Voa-Islam.com) - Pernyataan pihak kepolisian bahwa 10 orang anggota mereka telah tewas dalam operasi melawan kelompok jihadi Indonesia selama tahun 2010 dinilai berlebihan oleh Tim Pembela Muslim (TPM).
Kordinator Tim Pembela Muslim Ahmad Michdan ,dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa pernyataan itu hanya catatan polisi saja.
"Itu kan hanya catatan dia (polisi) saja, kalau benar ada 10, siapa saja namanya, keluarganya, dan dikubur di mana saja?”
Menurutnya, polisi harus bisa membuktikan dengan data yang akurat terkait jumlah personelnya yang tewas selama 2010.
“Jika tidak bisa dibuktikan jumlah semua yang meninggal, polisi terlalu berlebihan,” ujarnya .
Menurut catatan TPM, jumlah tersebut terlalu besar. “Kita bisa jumlahkan yang di Hamparan Perak, yang tewas di CIMB Niaga, dan kontak senjata di Aceh ,” tandasnya.
Sebelumnya, polisi mengklaim ada 10 anggota kepolisian meninggal dunia saat menjalankan tugas dalam kurun waktu 2010. Beberapa di antaranya adalah personel Densus 88.
..Itu kan hanya catatan dia (polisi) saja, kalau benar ada 10, siapa saja namanya, keluarganya, dan dikubur di mana saja..
Namun Mabes Polri tidak merinci data lengkap personel Densus 88 yang tewas saat bertugas. Begitu pula dengan jumlah polisi yang tewas dari satuan lain.
Sementara itu terkait dengan konferensi press penangkapan Abu Tholut Di Solo, TPM juga menilai hal itu juga merupakan tindakan berlebihan dari pihak kepolisian.
"Biasanya kan di Jakarta, ngapain harus disana, itu juga terlalu berlebihan, kata Ahmad Michdan.
Dikatakannya, Solo adalah salah satu tempat di mana banyak Pondok Pesantren berdiri dan kota yang juga religius. Maka tak pantas jika Solo terus dikaitkan dengan kegiatan terorisme.
Ahmad Michdan yang juga kuasa hukum Ustadz Abu bakar Baasyir ini juga mempertanyakan penangkapan Abu Tholut oleh Densus 88 yang terkesan sudah direncanakan.
“Ngapain Abu Tholut yang tersangka teroris pulang ke rumahnya dan itu patut dicermati ada sesuatu yang aneh di sana,” tandasnya.
“Yang perlu disikapi sebetulnya adalah teroris di Indonesia selama ini adalah tidak melakukan perusakan di instansi pemerintah, kecuali institusi asing,” ujarnya. (okz)