Iran Yakini dan Buktikan Ilmuwan Nuklirnya Diculik, Bukan Membelot
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN--Iran akhirnya menyerahkan sejumlah dokumen baru yang membuktikan bahwa ilmuwan nuklirnya tak secara suka rela ingin pergi ke Abang Sam meninggalkan negerinya, melainkan diculik oleh AS, demikian informasi itu dinyatakan oleh Teheran. Dokumen bukti tersebut--dimana seluruh isi belum diungkap--dilaporkan telah diserahkan ke duta Besar Swiss, yang mewakili diplomasi AS di Iran.
Sang pakar, Shahram Amiri, yang menghilang ketika melaksanakan ibadah Haji di Arab Saudi setahun lalu, diyakini berada di Amerika Serikat. Tiga video yang diduga berisi rekaman pengakuan si pakar muncul baru-baru ini, berisi informasi berlawanan terkait keberadaannya.
Pernyataan Iran tersebut merupakan informasi kontradiksi terbaru dari kasus Shahram. Berbagai informasi dari kedua belah pihak, baik AS atau Iran, dinilai bagian dari perang kata-kata, dimana agen intelijen satu sama lain berupaya membuktikan mereka selangkah lebih maju dari rivalnya.
Sejauh ini belum ada komentar resmi dari kedutaan besar Swiss, tidak pula dari AS terkait perkembangan terakhir kasus tersebut.
Perang Video
AS telah membantah keras penculikan terhadap Shahram. Namun ABC News melaporkan pada Maret bahwa ilmuwan tersebut telah membelot dan membantu CIA mengumpulkan data intelijen terkait program senjata nuklir Iran yang kontroversial. Departemen luar negeri AS menolak menyatakan apakah ia ada di AS.
Pada video pertama dari dua video yang muncul pada 8 Juni, seorang pria mengklaim dirinya Shahram Amiri menyatakan ia telah diculik oleh agen Saudi dan AS, disiksa dan dipaksa untuk menyatakan bahwa telah membelot dan tinggal di Tucson, Arizona.
Sementara di video pertama, yang beredar di internet, Amiri mengataka ia berada di AS atas keinginannya sendiri. Sedangkan di video ketiga, terakhir, yang ditayangkan di TV Iran pada akhir Juni, ilmuwan tersebut membantah tayangan kedua sebagai "rekayasa total' dan menyatakan dia telah melarikan diri.
Media Iran mengatakan Shahram, bekerja sebagai ilmuwan riset di universitas di Tehran. Namun beberapa laporan mengatakan ia bekerja untuk organisasi energi atom negara dan memiliki pengetahuan mendalam atas program nuklir negara itu.