Ical Ajak Politisi Golkar Jadi Seperti Tikus,Mau Jadi Koruptor?
Jakarta (voa-islam.com) -Pada kesempatan berbicara di depan anggota Golkar dalam Rakornis Partai Golkar di Hotel Ritz Carlton Jakarta kemarin, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Aburizal Bakrie meminta kader partainya berpolitik secara cerdas dan taktis. Sampailah Aburizal mengajarkan filosofi tikus kepada mereka.
"Jadilah seperti tikus yang menggigit tapi tanpa orang merasa kalau kita gigit," kata Ical biasa Aburizal Bakrie disapa saat Rakornis Partai Golkar di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Minggu 4 Juli 2010.
...Jadilah seperti tikus yang menggigit tapi tanpa orang merasa kalau kita gigit," kata Ical biasa Aburizal Bakrie...
Aburizal mengatakan, tikus bisa menggigit kaki orang tidur tanpa diketahui orang tersebut. Sebab tikus menggigit dengan taktis dan teknik tertentu.
"Jadi dia gigit sedikit, setelah terasa dingin, tikus itu menggigit sedikit lagi. Jadi yang digigit tidak terasa," tuturnya.
Menurut politisi yang akbrab dipanggil ical ini, berpendapat sama untuk berpolitik. Demikian pula dalam politik dalam melakukan serangan juga perlu taktis dan bertahap serta terukur. Jangan tergesa-gesa dan serampangan.
"Jika langsung digigit semua, orangnya tahu digebuk mati tikusnya," katanya.
Apa yang dikatakan Aburizal soal ilmu tikus merupakan salah satu filosofi yang diajarkan sang ayah kepadanya.
PAN: Tikus Identik dengan Koruptor
Menanggapi pidato Aburizal Bakrie, Partai Amanat Nasional (PAN) heran mengapa Golkar memilih mengadopsi pola politik tikus. PAN menilai tikus identik dengan koruptor.
"Saya tidak tahu Ical paham atau tidak, tikus indentik dengan koruptor," ujar Ketua DPP PAN Bima Arya Sugiarto, Senin (5/7/2010).
Lebih dari itu Bima menyayangkan sikap Golkar yang tergolong kasar ini. Politisi yang harusnya taktis dalam strategi disamakan dengan tikus.
..."Saya tidak tahu Ical paham atau tidak, tikus indentik dengan koruptor," ujar Ketua DPP PAN Bima Arya Sugiarto...
"Kami meyayangkan pemimpin partai besar harusnya lebih memilki pemahaman subtantis terhadap pekerjaan politikus. Profesi politikus sangat taktis kalau kita berpolitik tidak memiliki value kita akan tersesat, ini salah," keluh Bima.
Bima menyarankan agar Golkar tidak mementingkan kepentingan pribadinya dalam berpolitik. Bima menyarankan Golkar meniru lumba-lumba.
"Lumba-lumba itu kan tidak individualis, bersih, dan bersahabat tidak seperti tikus," sarannya.
PPP: Ical Harus Klasifikasi Politik Tikus
Dilain tempat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kecewa pada Ketum Golkar Aburizal Bakrie yang mendorong kadernya untuk berpolitik seperti tikus. Tikus dipandang sangat negatif di mata masyarakat dan oleh karenanya Ical harus mengklarifikasi pernyatannya.
"Pernyataan itu harus diklarifikasi karena tikus di mata masyarakat sangat buruk dan tidak terpuji," ujar Ketua DPP PPP Lukman Hakim Saifuddin di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (5/7/2010).
Lukman menilai politik tidak seburuk yang disampaikan Ical. Lukman mengingatkan Ical agar tidak menggunakan 'politik tikus', mengendus untuk kepentingannya sendiri.
"Politisi itu harus punya ideologi dan ideologi itu harus diarahkan untuk rakyat banyak bukan untuk kepentingannya sendiri," kecam Lukman.
Lukman mengingatkan agar Golkar memilih hewan lain untuk dicontoh. Tikus tidak layak dijadikan simbol politik.
"Tikus itu kan sudah terlanjur dikesankan binatang yang citranya negatif, mungkin lebih baik kalau analognya bukan tikus," saran Lukman.
"Hidup itu untuk politik, bukan hidup dari politik. Jangan berorientasi politik untuk kepentingannya sendiri," tutupnya. (Ibnudzar/dbs).