AYO DUKUNG PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI BUMI INDONESIA TERCINTA

Kamis, 16 Desember 2010

WikiLeaks: SBY Didukung Australia di Pilpres Karena Berprestasi dalam Antiterorisme

VOA-ISLAM.COM – Dukungan Australia kepada SBY di Pilpres 2009 diungkap Wikeleaks. SBY didukung karena dinilai sukses dalam kerjasama antiterorisme.

Australia puas dengan situasi di Indonesia, yang dianggap mitra paling penting di kawasan. Selain itu, pemerintah Negeri Kanguru itu juga berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menang lagi pada pemilu 2009.

Demikian penggalan memo diplomatik Amerika Serikat (AS), yang diklaim sebagai bocoran dari WikiLeaks kepada media massa di Australia. Berita memo itu dimuat oleh harian Sydney Morning Herald, Rabu 15 Desember 2010.

Memo diplomatik AS itu melaporkan penilaian para pejabat Australia atas sejumlah negara tetangga mereka, termasuk Indonesia. Ini berdasarkan komunikasi antara pejabat AS dan Australia di Canberra pada Oktober 2008.

Pejabat Kementerian Luar Negeri Australia untuk Urusan Asia Tenggara, Peter Woolcott, menggambarkan situasi politik di sejumlah negara tetangga pada saat itu sedang “kacau” (messy). Negara-negara yang dimaksud adalah Filipina, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Burma (Myanmar).

....Yudhoyono telah memberikan kerjasama kelas satu dalam anti terorisme, kata Woolcott....

Namun, penilaian sebaliknya dilontarkan Wollcott atas Indonesia. “Situasi di Indonesia - yang merupakan mitra paling penting Australia di kawasan - berlangsung ‘sebaik yang bisa didapatkan,’” kata Woolcott dalam memo yang dikutip Sydney Morning Herald.

“Yudhoyono yang diharapkan Australia terpilih kembali, telah memberikan kerjasama kelas satu dalam anti terorisme,” lanjut Woolcott.

Dalam bocoran memo lain yang dimuat WikiLeaks, pejabat China pun memberi penilaian positif atas Yudhoyono. “China merasa senang atas kemajuan yang dibuat Presiden Yudhoyono sejak memerintah pada 2004,” demikian penggalan memo yang mengutip percakapan pejabat China dengan mitranya dari AS.

Sebaliknya, Beijing, dalam memo itu, merasa “tidak terkesan” terhadap sejumlah presiden yang memimpin Indonesia setelah krisis keuangan Asia di akhir dekade 1990-an. Namun, tidak disebut siapa saja yang dimaksud. [taz/viva]