AYO DUKUNG PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI BUMI INDONESIA TERCINTA

Jumat, 10 Desember 2010

Diancam Fisik, 'Suara Islam' Tuding Syafii Maarif Lecehkan Wartawan

JAKARTA (voa-islam.com) – Meski dicaci maki ‘goblok’ dan diancam konfrontasi fisik oleh kubu Syafii Maarif, Tabloid Suara Islam (SI) tak bergeming dan meyakini telah menempuh kaidah jurnalistik yang benar. SI balik menuding kubu Syafii Maarif telah melecehkan dan menghambat pekerjaan wartawan.

Setelah Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif dan kuasa hukumnya menggelar jumpa pers di Mayapada Tower kantor Pengacara Todung Mulya Lubis kemarin (8/12/2010). Kini giliran Tabloid Suara Islam (SI) menggelar konferensi pers di Kantor Luthfie Hakim & Partners di Jalan Jeruk No. 3, Menteng, Jakarta Pusat, siang tadi (9/12/2010).

Hadir dalam jumpa pers tersebut, antara lain: Munarman (kuasa hukum SI), HM Luthfie Hakim (Wakil Pemimpin Redaksi SI), Wirawan Adnan SH (Legal officer SI), KH Muhammad Al-Khaththath (Pemimpin Umum SI), Aru Syeif Asadullah (Pemimpin Redaksi SI), Amran Nasution (Staf Ahli SI), dan Ahmad Sumargono (Dewan Redaksi SI).

Kuasa hukum tabloid SI Luthfie Hakim SH kepada pers menegaskan, Ahmad Syafii Maarif seharusnya menjelaskan dengan gamblang: mengapa beliau menolak dikonfirmasi (istilah wartawan Suara Islam, tabayyun) tentang benar atau tidak telah memperoleh apartemen Rp 2 miliar dari Aburizal Bakrie, pengusaha Bakrie Grup yang juga Ketua Umum Golkar?

Dijelaskan Luthfie, ada dua wartawan yang telah ditugaskan untuk mewawancarai Syafii Maarif, yaitu Abdul Halim dan Jaka Setiawan. Halim sudah mencoba menghubungi Syafii Maarif pada tanggal 24 dan 25 September 2010, tapi tidak digubris. Justru pada tanggal 24 September asisten Syafii Maarif yang berinitial Mul yang mengaku disuruh Syafii Maarif untuk menjawab SMS wartawan tabloid SI. Bukannya menjawab baik-baik, Mul malah mengancam wartawan SI agar menarik SMSnya kepada Syafii Maarif, sembari mengancam dengan tindakan hukum.

”Sungguh ganjil dan aneh sekali, jika wartawan tabloid SI cuma bertanya (tabayyun) kepada Syafii Maarif. Tapi mengapa harus orang lain yang menjawab, dengan ancaman pula?” kata Luthfie terheran-heran.

....Sungguh ganjil jika wartawan tabloid SI cuma bertanya (tabayyun) kepada Syafii Maarif, tapi dijawab dengan ancaman....

Yang namanya naluri wartawan, tentu tidak begitu saja menyerah. Abdul Halim maupun Jaka begitu gigih untuk terus mengejar Syafii Maarif hanya sekedar untuk konfirmasi, apa benar Syafii Maarif menerima hadiah berupa apartemen senilai Rp 2 miliar dari Ical (Aburizal Bakrie). Karena belum mendapat jawaban sepatah kata, ya atau tidak, rasa ingin tahu wartawan Suara Islam ini jadi semakin besar.

Setelah Halim tidak berhasil, dilanjutkan Jaka sebanyak tujuh kali untuk kembali menghubungi Syafii Maarif, baik melalui SMS maupun telepon selulernya. Tapi entah mengapa, Buya lagi-lagi enggan melayani. ”Kami berusaha bersabar selama dua bulan lebih untuk terus menghubungi Syafii Maarif. Dengan diacuhkannya wartawan kami, jelas Syafii telah menghambat kerja kewartawanan tabloid Suara Islam,” tegas Luthfie.

Lutfhie menegaskan bahwa wartawan Suara Islam sudah melakukan kaidah dan koridor jurnalistik yang benar. Karenanya, ia tak habis pikir dengan penolakan Syafii Maarif untuk menemui wartawan Suara Islam hanya untuk menjawab ya atau tidak. Tindakan ini dianggap sebagai pelecehan terhadap pekerjaan wartawan.

....Lutfhie menegaskan bahwa wartawan Suara Islam sudah melakukan kaidah dan koridor jurnalistik yang benar....

“Apa yang salah pada kedua wartawan tersebut, sehingga Syafii Maarif tidak bersedia untuk melayani pertanyaan wartawan tabloid Suara Islam? Apakah karena Syafii Maarif memandang Tabloid Suara Islam hanya tabloid yang beroplah kecil yang hanya dibaca terbatas kalangan tertentu saja, sehingga tidak perlu diladeni?” tanya dia. ”Kami sungguh merasa tidak dihargai, dilecehkan dan dianggap nobody oleh Syafii Maarif,” tambahnya.

Luthfie membantah tudingan bahwa SI telah melakukan fitnah kepada Syafii Maarif. Perihal lead berita yang dianggap memfitnah, Luthfie beralasan bahwa kalimat itu ditutup dengan tanda tanya.

“Pemuatan berita itu pun tidak ada yang salah. Tabloid Suara Islam bahkan membuat lead berita tersebut dengan kalimat tanda tanya. Kami juga menyebutkan, menurut sumber suara Islam, serta upaya mengkonfirmasi Syafii Maarif tapi ditolak,” jelas Wapemred SI.

Senada itu, Munarman SH selaku kuasa hukum SI sangat menyesalkan sikap Syafii Maarif beserta kuasa hukumnya, Todung Mulya Lubis yang tidak menyinggung-nyingung akan menggunakan Hak Jawab sebagaimana diatur dalam UU Pers, tetapi justru siap-siap mengajukan somasi dan pengaduan ke Dewan Pers, yang kemungkinan jalur hukum lainnya. Namun demikian, Suara Islam mempersilakan saja Syafii Maarif menjalankan hak-haknya.

Setelah mencermati konferensi pers yang digelar Syafii Maarif di kantor kuasa hukumnya Todung Mulya Lubis, Munarman mengaku terkejut dengan kata-kata preman dan ancaman konfrontasi fisik dari kubu Syafii Maarif. Padahal sosok yang akrab disapa Buya ini dikenal sebagai Guru Bangsa.

”Kami mendengar ungkapan caci-maki kepada Suara Islam, dengan kata-kata ‘Goblok’ dari seorang mulut Deddy Julianto. Juga penggunaan ancaman konfrontasi (fisik) dari seorang Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Saleh Partaonan Daulay,” tegas Munarman.

....Todung Mulya Lubis yang selama ini dikenal sebagai tokoh anti kekerasan. Namun membiarkan kata-kata kasar dan ancaman (kekerasan fisik) keluar dari konferensi pers di kantornya....

Munarman menyayangkan sikap Todung Mulya Lubis yang dinilai tidak konsisten dengan jargon anti kekerasannya.

“Sebagai seorang lawyer senior, Todung Mulya Lubis yang selama ini mengaku memperjuangkan, menghargai dan menghormati kebebasan pers serta dikenal sebagai tokoh anti kekerasan. Namun entah kenapa tidak menghormati pekerjaan wartawan. Bahkan membiarkan kata-kata kasar dan ancaman (kekerasan fisik) keluar dari konferensi pers di kantornya kemarin,” tukasnya.