Ba'asyir: Amerika Ingin Supaya Saya Tidak Ada di Masyarakat
Jum’at, 20 Agustus 2010 Bareskrim Mabes Polri begitu ramai dipadati kaum muslimin yang hendak membezuk Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Derasnya hujan yang mengguyur Jakarta sore itu tak menyurutkan antusias pembezuk untuk terus berdatangan, ada anggota Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT) yang berasal dari Banten bahkan dari Malang Jawa Timur. Di antara tokoh-tokoh JAT yang hadir membezuk adalah Ustadz Achwan dari Malang Jawa Timur, beliau adalah Amir Jama’ah Ansharut Tauhid yang menggantikan posisi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk sementara waktu. Hadir pula Ketua Umum GARIS, H. Encep Hernawan dan tidak ketinggalan wakil Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Ustadz Abu Jibriel.
Para pembezuk di Bareskrim Mabes Polri dibatasi sebanyak 10 orang untuk masuk bergantian dan diberi waktu sekitar 15 menit untuk bertemu Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Setelah beberapa lama menunggu antrean, akhirnya tim voa-islam.com berhasil menemui Ustadz Abu, pada giliran yang terakhir beserta Ustadz Abu Jibril. Itulah kesempatan voa-islam.com untuk bincang-bincang dan buka puasa bersama Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Penjagaan yang begitu ketat diberlakukan bagi para pembezuk. Dari mulai melewati metal detector hingga pemeriksaan barang bawaan dalam tas. Petugas kepolisian juga melarang membawa ponsel, kamera dan alat rekam apapun ke dalam ruang tahanan.
Di dalam sebuah ruangan terdapat sekitar 12 bangku bagi para pembezuk, sementara Ustadz Abu duduk di depan menghadap para pembezuk. Mengenakan ghamis dan kopiah putih, Ustadz Abu nampak ramah dan akrab berbincang-bincang dengan para tamu yang membezuknya. Inilah petikan bincang-bincang voa-islam.com dengan Ustadz Abu menjelang berbuka puasa:
Bagaimana kondisi di penjara Ustadz?
Alhamdulillah, kondisinya cukup, artinya cukup luas, ada kamar mandinya. Tapi karena ruangannya itu agak lembab, maka dikasih AC. Lha saya tidak kuat kalau pakai AC sehingga saya suruh kecilkan AC-nya. Mereka berjanji akan mencarikan ruangan yang suhunya tidak lembab.
Dari pemerikasaan saya sudah selesai sebenarnya, tetapi kalau menurut peraturan thaghut saya ditahan sampai Desember.
Bagaimana Ustadz mengisi hari-hari di penjara?
Di penjara ini, ya untuk ibadah saja. Saya diberi kesempatan oleh Allah untuk beribadah, mengaji, berzikir dan shalat. Jadi tidak ada pekerjaan apa-apa.
…Di penjara saya diberi kesempatan oleh Allah untuk beribadah, mengaji, berzikir dan shalat…
Bagaimana perlakuan di sini?
Alhamdulillah untuk saya tidak ada perlakuan kasar. Kemarin waktu pemeriksaan pun saya tidak mau diperiksa kecuali ada TPM, akhirnya diminta datang TPM. Jadi setiap ada pemeriksaan pasti ada TPM. Mestinya begitu kan? Karena persoalannya berani atau tidak berani.
Bagaimana kronologis penangkapan Ustadz?
Waktu itu saya kan biasa menghadiri kajian mingguan. Saya mengajak istri dan keluarga di Jawa Barat, yaitu di Bandung kemudian di Tasikmalaya. Selesai acara di Tasikmalaya saya pulang. Nah waktu pulang itulah di Banjar banyak polisi, lalu mobil yang saya tumpangi digiring masuk ke Polres. Setelah mobil masuk, rombongan saya dibentak-bentak, “Ayo keluar, ayo keluar!”
Di situ saya diam saja, akhirnya sopir disuruh buka pintu tapi tidak mau, maka dipecahkan kacanya kemudian dibuka. Setelah dibuka saya keluar, setelah saya keluar ada tentara, mungkin orang Kristen yang membentak saya. Maka saya katakan “Kamu terlaknat kamu! Mau nembak saya? Tembak! Kurang ajar! Terlaknat kamu! Kamu punya begitu itu apa kamu jadi sombong? Kurang ajar kamu!”
Akhirnya komandannya melerai, “Sudah ustadz, sudah!” Kemudian ia memberi tahu, “Kalau sama ustadz tidak boleh kasar, harus halus semuanya.”
Lha supir saya itu yang diseret kemudian disuruh telungkup, itu mau saya cegah tapi tidak bisa karena saya ditahan. Padahal tidak mengerti apa-apa dia hanya sopir, dia hanya mengantar saya sebagai sopir dua orang yang saling bergantian. Kemudian dia ditahan beberapa hari baru boleh pulang.
Alhamdulillah dari sana kemudian dikawal sampai bandara terus ke Jakarta perlakuannya baik dan saya pun ikut baik.
Apa persoalannya, sehingga Ustadz sering ditahan polisi dalam beberapa rezim penguasa?
Memang persoalan saya ini adalah strategi Amerika. Amerika itu menghendaki saya supaya saya tidak ada di masyarakat karena dianggap dakwah saya ini merugikan strategi Amerika, sebab saya meluruskan arti tauhid dan arti iman. Itu yang mereka sangat tidak suka. Lalu Amerika berupaya bagaimana saya ini dilenyapkan dari masyarakat.
Yang pertama, minta dikirim dulu (diekstradisi ke Amerika, pen.) waktu di zaman pemerintahan Megawati, tetapi saya ditolong oleh Allah karena Megawati berani menolak, jadi gagal.
Yang kedua, waktu saya mau keluar dari rutan Salemba kan ditangkap lagi. Nah, itu dituduh terlibat dengan (peristiwa pemboman, pen.) JW mariot, padahal saya tidak ngerti apa-apa, nah itu juga gagal.
Yang ketiga, terpidana bom Bali itu dipaksa untuk menandatangani BAP bahwa yang memerintah itu adalah saya dengan pengakuan tiga orang itu dengan disiksa. Tetapi saya dilindungi oleh Allah, mereka berbalik (mencabut kesaksian, pen.) akhirnya gagal juga.
Nah ini yang keempat, saya dituduh memerintah, merencanakan dan membantu pelatihan di Aceh. Kemarin saya melihat pasal-pasal thaghut yang dituduhkan, banyak pasal-pasal itu, yang pasal itu ancamannya hukuman mati.
…saya dituduh memerintah, merencanakan dan membantu pelatihan di Aceh. Pasal-pasal thaghut yang dituduhkan, banyak yang ancamannya hukuman mati…
Berarti Amerika menginginkan ustadz mati?
Iya, memang Amerika tidak menginginkan saya berada di tengah masyarakat, imma dibunuh atau bagaimana caranya pokoknya saya tidak di masyarakat. Itu strateginya Amerika dengan menggunakan polisi. Maka saya bilang sama Densus, “Kamu itu tangan kanannya Amerika, saya tidak mau kamu periksa, buktinya nanti di pengadilan saya terangkan bahwa kamu itu tangan kanannya Amerika!”
Bagaimana dengan tuduhan keterlibatan Ustadz dalam peristiwa Aceh?
Nanti di pengadilan akan saya bongkar semua. Kami mempunyai strategi sendiri di dalam jihad. Jihad kami di Jama’ah Ansharut Tauhid baru bisa amar ma’ruf nahi munkar. I’dad kami mempersiapkan kekuatan fisik, kami tidak menyinggung senjata karena kami tidak mampu. Adapun ada kelompok yang di Aceh ternyata itu dimasuki polisi yang namanya Sofyan Tsauri.
…Jihad kami di Jama’ah Ansharut Tauhid baru bisa amar ma’ruf nahi munkar. I’dad kami mempersiapkan kekuatan fisik, kami tidak menyinggung senjata karena kami tidak mampu. Adapun ada kelompok yang di Aceh ternyata itu dimasuki polisi yang namanya Sofyan Tsauri…
Apakah kegiatan yang mereka lakukan itu benar menurut hukum syar’i?
Itu benar, karena melaksanakan perintah Allah Ta’ala:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (Al-Anfal 60).
Mereka beri’dad, dalam tinjauan syari’at itu benar, terlepas apakah kita setuju atau tidak terhadap caranya, itu urusan lain. Itu benar dari segi syari’at tetapi dari segi undang-undang thaghut itu salah karena pakai senjata.
Kami menyadari itu, makanya kami kalau i’dad menjalankan perintah Allah belum bisa dengan senjata tetapi dengan fisik saja, itu bedanya. Tetapi kami juga tidak bisa menyalahkan mereka wong ada dalil syar’inya. Kalau saya tidak bisa menyalahkan, sebab itu artinya saya menolak ayat.
Di berbagai media, mujahidin internasional sudah merilis penangkapan Ustadz Abu Bakar Baasyir, bagaimana tanggapan Ustadz?
Alhamdulillah, jazakumullah khairan, terima kasih. Kami minta mereka juga mendoakan supaya kami bisa sabar seperti sabarnya para pengikut Nabi.
Menurut Al-Qur’an surat Ali Imran 146, kesabaran pengikut Nabi itu ada tiga macam. Ketika Nabi berjihad bersama pengikutnya, ketika terkena musibah di Jalan Allah, sebab orang yang memperjuangkan Islam itu mesti kena musibah, tidak ada orang yang memperjuangkan Islam itu aman.
…Mohon doanya dari para mujahidin, supaya saya bisa mengamalkan kesabaran pengikut Nabi: tidak kecil hati, tidak lemah semangat dan pantang menyerah…
Pertama, “fama wahanu lima ashobahum fi sabilillah.” Tidak kecil hati karena musibah, hatinya tetap besar bukan kecil hati lalu jadi pengecut gara-gara kena musibah.
Kedua, “wa ma dho’ufu.” Tidak lemah semangat, karena ada musibah lalu cooling down. tetap semangat!
Ketiga, “wamas takanu.” Pantang menyerah, itu namanya sabarnya pejuang. Wallahu yuhibbus shabirin (dan Allah mencintai orang-orang yang sabar).
Mohon doanya dari para mujahidin, supaya saya bisa mengamalkan kesabaran pengikut Nabi: tidak kecil hati, tidak lemah semangat dan pantang menyerah. Jazakumullah khairan. [silum/widi]