AYO DUKUNG PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI BUMI INDONESIA TERCINTA

Kamis, 30 September 2010

Umat Islam Solo Sambut Jenazah Sang Muallaf Yuki Wantoro sebagai Mujahid

SOLO (voa-islam.com) - Kedatangan Yuki Wantoro di Solo disambut bak pahlawan oleh umat Islam dengan gelar mujahid dan pahlawan Islam, meski ia ditembak mati oleh Densus dengan tuduhan terlibat perampokan Bank CIMB Medan. Sang muallaf ini juga diterima dengan baik oleh kedua orang tuanya yang masih Kristen.

Ba’da Subuh Rabu (29/9) ruas jalan yang menuju ke rumah Yuki, perlahan mulai didatangi umat Islam. Gapura yang menjadi tanda gang di mana kampung Tempen kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon terbentang spanduk besar bertuliskan “Selamat Syuhada Alloh, Pahlawan Islam.” Lebih kurang pukul 6.30 WIB rombongan jenazah tiba, satu mobil ambulan, mobil keluarga dan satu mobil patwal. Tanpa dikomando gemuruh takbir langsung membahana memenuhi ruang jalan.

Jenazah disemayamkan di Masjid Al-Hidayah, terus bergantian ratusan orang datang untuk menyalatkan jenasah sang muallaf yang ditembak brutal oleh Densus 88 tanpa status yang jelas. Tampak di seberang jalan raya para kuli tinta berkerumun menunggu untuk mengabadikan. Tak jauh disitu banyak pula para intel dari beberapa kesatuan juga tampak ikut melihat. Meski menggunakan baju preman wajahnya tak bisa menutupi identitasnya.

...ratusan orang datang untuk menyalatkan jenasah sang muallaf yang ditembak brutal oleh Densus 88 tanpa status yang jelas...

Poster berukuran A4 juga memenuhi di setiap gang kampung Tempen. Dengan kertas putih bertuliskan “TV One dilarang Masuk!”. Untuk yang kesekian kali Televisi milik grup Bakrie ini menjadi penolakan di setiap korban kebrutalan Densus 88. Beberapa ikhwan mengatakan alasan penolakan itu karena netralitas dan objektivitas TV One sangat diragukan.

“Karena selama ini TV One terlihat begitu getol menyiarkan berita yang tidak berimbang terhadap aktivis-aktivis Islam. Dan mereka begitu mesra dengan Densus 88,” papar seorang warga yang tidak mau dituliskan namanya.

Usai disemayamkan di masjid, jenazah Yuki dipindah ke rumah keluarganya. Meski sebelumnya tersiar kabar bahwa kedua orang tuanya menolak, namun pagi itu kedua orang tua Yuki yang masih Kristen, mau menerima jenazah pemuda yang ditembak di Medan beberapa waktu yang lalu. “Saya menerima mas. Bagaimanapun juga dia adalah anak saya. Yang membesarkan juga saya,” ujar Sina Karyadi. Sang ibunda, Ngatini juga tak bisa menahan kesedihannya. Air mata meleleh membasahi pipinya. Kurang lebih pukul 08.00 WIB raungan ambulan pengangkut jenazah merembat pelan menyusuri gang kecil menuju jalan raya.

“Allahu Akbar…Allahu Akbar..!!” Kepalan tangan para pelayat terangkat ke atas sambil meneriakkan takbir. Gema takbir itu terus gergelora hingga pagi dari ratusan aktivis dari penjuru kota Solo Raya yang memenuhi kampung Tempen Kelurahan Joyosuran

Perjalanan ke pemakaman memakan waktu setengah jam. Sebab pemakaman syariah itu berada di desa Wonosari RT 03 RW 13 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo yang jauh dengan rumah Yuki.

Sehari sebelumnya, Selasa (28/9/2010), tersiar kabar bahwa masyarakat di desa Wonosari sepakat menolak kedatangan jenazah Yuki, yang ditandatangani oleh ketua RT dan Kepala Desa. Penolakan ini adalah buah provokasi para musuh-musuh Islam terhadap warga yang tidak tahu apa-apa. Warga pun akan menolak dengan mencegat rombongan jenazah.

Namun untuk menangkis provokasi itu, Sekretaris ISAC (The Islamic Studies and Action Center, Endro Sudarso menegaskan tekadnya untuk memakamkan jenazah Yuki di makam desa. “Apapun resikonya, jenazah Yuki tetap akan dikubur di desa Wonosari apapun resikonya,” tekadnya.

Untuk mengantisipasi penolakan warga yang terprovokasi itu, maka Rabu (29/9) ba’da subuh kurang lebih 40 laskar dikirim ke tempat pemakaman tersebut. Ternyata ancaman para provokator yang menolak pemakaman tersebut hanya isapan jempol belaka, sampai jenazah tiba di pemakaman. Tak ada satupun warga yang menolak. Acara pemakaman pun berjalan dengan lancar.

Di sela-sela pemakaman, Endro Sudarso menjelaskan bahwa jenazah Yuki Wantoro sangat mengenaskan akibat siksaan Densus 88. Di tubuhnya terdapat beberapa bekas luka tembakan di tiga titik yaitu pelipis kiri dua buah dan leher sebelah kiri satu buah.

Kejanggalan lainnya, lanjut Endro, tangan kiri Yuki juga patah. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Densus 88 melanggar HAM berat.

“Sampai jenazah Yuki dimakamkan pun, keluarga juga belum menerima Surat Penangkapan,” kesal Endro.

Perlakuan Densus ini menimbulkan ketidakjelasan terhadap status Yuki, apakah ia tersangka perampokan Bank CIMB Medan ataukah pelaku teroris. Namun, Densus 88 telah beringas membunuhnya. Untuk itulah keluarga dan ISAC bertekad akan mengusut semua kezaliman ini dan memproses semua pihak yang terkait.

...Perlakuan Densus ini menimbulkan ketidakjelasan terhadap status Yuki, apakah ia tersangka perampokan Bank CIMB Medan ataukah pelaku teroris. Keluarga dan ISAC bertekad akan mengusut semua kezaliman ini dan memproses semua pihak yang terkait...

Sebelumnya, dalam konferensi pers di Solo, Senin malam (27/9/2010), ISAC mengungkapkan banyak kejanggalan dalam penembakan Yuki oleh Densus 88. Menurut Sekretaris ISAC Endro Sudarso, penembakan Yuki oleh Densus dengan tudingan melakukan perampokan Bank CIMB Niaga pada tanggal 18 Agustus 2010 sangat tidak beralasan. Pasalnya, menurut Endro, Yuki mempunyai alibi kuat bahwa dia tidak terlibat dalam perampokan Bank CIMB Medan sesuai dengan beberapa kronologis lengkap dengan para saksinya, sbb:

1. Selasa, 17 Agustus 2010 Yuki berada dirumahnya, Tempen RT 04 RW 02 kelurahan Joyosuran kecamatan Pasar Kliwon Solo.

2. Sehari kemudian, Rabu 18 Agustus 2010 Yuki membeli pulsa kepada kakaknya, Yudi Mansur (34) dan bercanda dengan ibunya.

3. Kamis 19 Agustus 2010, Yudi Mansur, kakaknya memotret Yuki menggunakan kamera HP. Rencananya, foto ini akan digunakan untuk mengurus pembuatan KTP di kelurahan.

4. Jum’at 20 Agustus 2010 Yuki membuat KTP di Kecamatan Pasar Kliwon dengan menggunakan pas foto yang dibuatnya pada tanggal 19 Agustus 2010.

5. Sabtu 21 Agustus 2010 Yudi berpamitan ke Jakarta.

6. Ahad 19 September 2010, Yuki Wantoro ditembak mati oleh Densus dalam penggerebekan di sebuah rumah di Belawan, Sumatera Utara.

...Polri harus menjelaskan kepada umat terutama keluarga Yuki Purwanto, kenapa Yuki dituding terlibat perampokan CIMB Medan, padahal saat itu Yuki berada di Solo...

Karenanya, ISAC mendesak Polri untuk menjelaskan kepada umat terutama keluarga Yuki Purwanto, kenapa Yuki dituding terlibat perampokan CIMB Medan, padahal saat itu Yuki berada di Solo. [taz/ranumuda]

Readmore...

Komisi III: Densus Tak Ada Bedanya Teroris, Kami Akan Panggil Kapolri

Jakarta (voa-islam.com) - Aksi Densus 88 menangkap Khairul Ghazali saat sedang salat membuat Komisi III DPR naik darah. Densus 88 dianggap telah mencoreng nama baik Polri karena menangkap dan menembak terduga teroris saat sedang salat.

Sebagai sebuah kesatuan elit yang terlatih dan profesional, hendaknya Densus 88 tidak brutal dan serampangan dalam melakukan operasi penangkapan teroris.

..."Wong orang lagi salat kok ditangkap, memangnya orang salat bisa membunuh. Jaga saja sampai selesai baru ditangkap. Sambil menunggu selesai salat, istri dan anak si tersangka dievakuasi dulu. Kalau brutal apa bedanya Densus dengan teroris,...

"Wong orang lagi salat kok ditangkap, memangnya orang salat bisa membunuh. Jaga saja sampai selesai baru ditangkap. Sambil menunggu selesai salat, istri dan anak si tersangka dievakuasi dulu. Kalau brutal apa bedanya Densus dengan teroris," tegas Wakil Ketua Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy, Rabu (29/9).

Menurut Ketua Fraksi PAN ini, Densus 88 harus menjaga kehormatan Polri sebagai pelindung masyarakat. Jangan sampai sederet prestasi yang sudah gemilang ditorehkan menjadi tak berarti di mata rakyat karena operasi yang serampangan dan brutal.

"Saya dukung pemberantasan teroris, saya peningkatan anggaran Densus tapi jangan brutal sampai orang lagi salat ditembak! Jangan lukai hati umat, Densus jangan mengumbar kebencian bernafsu membunuh," kecam Tjatur.

Densus Lukai Umat Islam, Komisi III Akan Panggil Kapolri

Sebelum agenda uji kelayakan calon Kapolri bulan depan, Komisi III DPR terlebih dulu akan mengagendakan pemanggilan Kapolri Bambang Hendarso Danuri guna mempertanggungjawabkan perbuatan Densus 88 tersebut.

"Kami akan panggil dulu Kapolri itu, kita akan minta penjelasan soal Densus 88 yang tidak profesional itu,"

"Kami akan panggil dulu Kapolri itu, kita akan minta penjelasan soal Densus 88 yang tidak profesional itu," tambah Wakil Ketua Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy, Rabu (29/9).

Menurut Tjatur aksi Densus 88 sudah kelewatan, sebab penangkapan dan penembakan orang saat salat bisa menyulut emosi umat Islam.

"Jumlah Densus lebih banyak, senjata Densus lebih lengkap lha kok orang lagi salat ditangkap dan ditembaki. Ini sudah tidak bisa dimengerti oleh logika apapun jadi SOP Densus harus diluruskan," ujar Tjatur.

Sebelumnya diberitakan, Densus 88 diduga menembak Khairul Ghazali, seorang yang diduga terlibat tindak terorisme di Medan, Sumatera Utara, pada Minggu (19/9). Khairul Ghazali, warga Bunga Tanjung, Datuk Bandara Timur, Tanjung Balai, yang diduga teroris itu, dikabarkan ditembaki pada saat tengah melaksanakan ibadah salat. (Arsyila/inh)

Readmore...

Hasyim Muzadi: Festival Gay adalah 'Peternakan' Kelainan Seksual

Jakarta (voa-islam.com) - Menanggapi Penyelenggaraan Festival Film Gay, Mantan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi menyikapi dengan protes keras, setidaknya dengan memberikan statemen bahwa Gay dan Lesbi tularkan kelainan seksual yang diternakkan by design.

Penyelengaraan Q Festival atau festival yang memutar film lesbian, gay, bisexual, dan transgender di Jakarta itu sendiri akan berlangsung dari 24 September hingga 3 Oktober 2010.

..."Jadi homo atau lesbi harus dinormalisasi bukan di festivalkan. Kalau difestivalkan artinya diternakkan by design. Dan seharusnya polisi tidak memberi izin,"...

"Jadi homo atau lesbi harus dinormalisasi bukan di festivalkan. Kalau difestivalkan artinya diternakkan by design. Dan seharusnya polisi tidak memberi izin," ujar Hasyim, Kamis (30/9).

Menurut ulama yang juga Sekjen International Conference Islamic Scholars (ICIS) itu, masalah gay dan lesbian yang dipertentangkan sekarang, hendaknya ditempatkan pada proporsinya. Gay dan lesbian pada dasarnya adalah kelainan orientasi seksual yang kemudian mempengaruhi sikap kejiwaan.

"Perilaku homo dan lesbian dilarang semua agama. Tidak ada agama apapun didunia yang memperkenankannya. Kalau di banyak negara yang memasukkan hak homo atau lesbi di aturan perundangan itu samasekali bukan justifikasi agama, tapi dari sekularisasi negara," papar Hasyim.

Menurutnya, para pemuka agama-agama itu juga berperan dalam mengurangi penyebaran pengaruh gay dan lesbian. "Banyak sekali panti-panti agama, seperti katolik, ortodox, dan anglikan yang melakukan terapi psikologis dan fisiologis ketika ada gejala semenjak anak-anak akhirnya menjadi normal kembali sekalipum tidak maksimal," katanya.

Meski Dikecam, Film Q Tetap Diputar Kemarin

Sementara itu, Meski mendapat protes keras dan ancaman pembakaran dari Front Pembela Islam (FPI), panitia acara festival film Q tak bergeming dan tetap akan melanjutkan kegiatan sesuai jadwal.

Dalam situs Goethe Institute, tidak ada rilis pembatalan acara. meski sempat ada beberapa pembatalan pemutaran jadwal pemutaran perdana. Secara umum kegiatan festival film Q tetap berlangsung.

“Oke, film screening di Goethe u/ hari ini akan tetap dijalankan sesuai jadwal!! Dan acara2 lainnya pun dsini tetap diadakan... “

Pihak penyelenggara festival film Q bahkan berjanji film-film akan tetap diputar di Goethe Institute. Dalam akun twitter resminya @QfilmFestival diposting, “Oke, film screening di Goethe u/ hari ini akan tetap dijalankan sesuai jadwal!! Dan acara2 lainnya pun dsini tetap diadakan...“

Beberapa film yang akan tayang sebagaimana diumumkan di akun twitter festival film kemarin adalah Today (29/09) di Goethe Haus. Sedangkan Different From You & Me yang di putar di Goethe Haus mulai pukul 17.30 dan Baby Love yang diputar di Erasmus Huis mulai pukul 17.00 kemarin sore.

Giliran Mahasiswa Mendemo

Setelah didemo FPI (Front Pembela Islam) giliran mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang menggelar aksi damai didepan Goethe Haus tempat pagelaran Q! Film Festival digelar Rabu (29/9) sore.

Kurang lebih 50-an orang mahasiswa UI yang mengatasnamakan SALAM UI melakukan orasi menolak pagelaran film yang bertemakan gay dan lesbi tersebut.

Dalam orasinya sekumpulan mahasiswa yang mengenakan jaket kuning itu menentang film yang dinilai dapat merusak moral bangsa dan generasi muda.

..."Kami sebagai mahasiswa menentang dan menolak keras film-film yang berbau tentang gay dan lesbi merajalela di negeri ini,''...

"Kami sebagai mahasiswa menentang dan menolak keras film-film yang berbau tentang gay dan lesbi merajalela di negeri ini," terang salah satu kordinator lapangan demo SALAM UI, saat berorasi di depan Goethe Haus, Jl. Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta Pusat.

Demo dan aksi damai tersebut berjalan tertib dan rapi, namun sempat membuat kemacetan di sekitar jalan tersebut. Sebelumnya diberitakan, Front Pembela Islam (FPI) meminta acara Festival Film Q di Goethe Institute di Jalan Sam Ratulangi No 9, Gondangdia Jakarta Pusat dibubarkan. Pasalnya acara tersebut memutar film bertema disorientasi seksual.

Readmore...

Selasa, 28 September 2010

Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Membaca judul diatas, tentu banyak orang yang akan mengernyitkan dahi, sebagai tanda ketidakpercayaannya. Bahkan, mungkin demikian pula dengan Anda. Sebab, Nabi Sulaiman AS adalah seorang utusan Allah yang diberikan keistimewaan dengan kemampuannya menaklukkan seluruh makhluk ciptaan Allah, termasuk angin yang tunduk di bawah kekuasaannya atas izin Allah. Bahkan, burung dan jin selalu mematuhi perintah Sulaiman.

Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sementara itu, Candi Borobudur sebagaimana tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan oleh Dinasti Syailendra pada akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar 1.200 tahun yang lalu. Karena itu, wajarlah bila banyak orang yang mungkin tertawa kecut, geli, dan geleng-geleng kepala bila disebutkan bahwa Candi Borobudur didirikan oleh Nabi Sulaiman AS.

Candi Borobudur merupakan candi Budha. Berdekatan dengan Candi Borobudur adalah Candi Pawon dan Candi Mendut. Beberapa kilometer dari Candi Borobudur, terdapat Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Plaosan, dan lainnya. Candi-candi di dekat Prambanan ini merupakan candi Buddha yang didirikan sekitar tahun 772 dan 778 Masehi.

Lalu, apa hubungannya dengan Sulaiman? Benarkah Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang hebat dan agung itu? Apa bukti-buktinya? Benarkah ada jejak-jejak Islam di candi Buddha terbesar itu? Tentu perlu penelitian yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak untuk membuktikan validitas dan kebenarannya.

Namun, bila pertanyaan di atas diajukan kepada KH Fahmi Basya, ahli matematika Islam itu akan menjawabnya; benar. Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman yang ada di tanah Jawa.

Dalam bukunya, Matematika Islam 3 (Republika, 2009), KH Fahmi Basya menyebutkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan putra Nabi Daud tersebut. Di antaranya, hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lainnya.

Dalam Alquran, kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba disebutkan dalam surah An-Naml [27]: 15-44, Saba [34]: 12-16, al-Anbiya [21]: 78-81, dan lainnya. Tentu saja, banyak yang tidak percaya bila Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman.

Di antara alasannya, karena Sulaiman hidup pada abad ke-10 SM, sedangkan Borobudur dibangun pada abad ke-8 Masehi. Kemudian, menurut banyak pihak, peristiwa dan kisah Sulaiman itu terjadi di wilayah Palestina, dan Saba di Yaman Selatan, sedangkan Borobudur di Indonesia.

Tentu saja hal ini menimbulkan penasaran. Apalagi, KH Fahmi Basya menunjukkan bukti-buktinya berdasarkan keterangan Alquran. Lalu, apa bukti sahih andai Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman atau bangunan yang pembuatannya merupakan perintah Sulaiman?

Menurut Fahmi Basya, dan seperti yang penulis lihat melalui relief-relief yang ada, memang terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keterangan Alquran. Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang.

"Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman'." (QS Al-Baqarah [2]: 248).

Kedua, pekerjaan jin yang tidak selesai ketika mengetahui Sulaiman telah wafat. (QS Saba [34]: 14). Saat mengetahui Sulaiman wafat, para jin pun menghentikan pekerjaannya. Di Borobudur, terdapat patung yang belum tuntas diselesaikan. Patung itu disebut dengan Unfinished Solomon.

Ketiga, para jin diperintahkan membangun gedung yang tinggi dan membuat patung-patung. (QS Saba [34]: 13). Seperti diketahui, banyak patung Buddha yang ada di Borobudur. Sedangkan gedung atau bangunan yang tinggi itu adalah Candi Prambanan.

Keempat, Sulaiman berbicara dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22). Reliefnya juga ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.

Kelima, kisah Ratu Saba dan rakyatnya yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia. (QS An-Naml [27]: 22). Menurut Fahmi Basya, Saba artinya berkumpul atau tempat berkumpul. Ungkapan burung Hud-hud tentang Saba, karena burung tidak mengetahui nama daerah itu. "Jangankan burung, manusia saja ketika berada di atas pesawat, tidak akan tahu nama sebuah kota atau negeri," katanya menjelaskan. Ditambahkan Fahmi Basya, tempat berkumpulnya manusia itu adalah di Candi Ratu Boko yang terletak sekitar 36 kilometer dari Borobudur. Jarak ini juga memungkinkan burung menempuh perjalanan dalam sekali terbang.

Keenam, Saba ada di Indonesia, yakni Wonosobo. Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. (QS Saba [34]: 15). Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun oleh Dr Maharsi, kata 'Wana' bermakna hutan. Jadi, menurut Fahmi, wana saba atau Wonosobo adalah hutan Saba.

Ketujuh, buah 'maja' yang pahit. Ketika banjir besar (Sail al-Arim) menimpa wilayah Saba, pepohonan yang ada di sekitarnya menjadi pahit sebagai azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya. "Tetapi, mereka berpaling maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar[1236] dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr." (QS Saba [34]: 16).

Kedelapan, nama Sulaiman menunjukkan sebagai nama orang Jawa. Awalan kata 'su'merupakan nama-nama Jawa. Dan, Sulaiman adalah satu-satunya nabi dan rasul yang 25 orang, yang namanya berawalan 'Su'. Kesembilan, Sulaiman berkirim surat kepada Ratu Saba melalui burung Hud-hud. "Pergilah kamu dengan membawa suratku ini." (QS An-Naml [27]: 28). Menurut Fahmi, surat itu ditulis di atas pelat emas sebagai bentuk kekayaan Nabi Sulaiman. Ditambahkannya, surat itu ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko.

Kesepuluh, bangunan yang tinggal sedikit (Sidrin qalil). Lihat surah Saba [34] 16). Bangunan yang tinggal sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana terdapat sejumlah stupa yang tinggal sedikit. "Ini membuktikan bahwa Istana Ratu Boko adalah istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah Sulaiman," kata Fahmi menegaskan.

Selain bukti-bukti di atas, kata Fahmi, masih banyak lagi bukti lainnya yang menunjukkan bahwa kisah Ratu Saba dan Sulaiman terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya angin Muson yang bertiup dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12), kisah istana yang hilang atau dipindahkan, dialog Ratu Bilqis dengan para pembesarnya ketika menerima surat Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32), nama Kabupaten Sleman, Kecamatan Salaman, Desa Salam, dan lainnya. Dengan bukti-bukti di atas, Fahmi Basya meyakini bahwa Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman. Bagaimana dengan pembaca? Hanya Allah yang mengetahuinya. Wallahu A'lam.



Red: Budi Raharjo
Rep: Syahruddin El-Fikri

Readmore...

Biadab! Densus Injak-injak Ustadz Jali Saat Shalat di Depan Anak-anaknya

Medan (voa-islam.com) -Berikut adalah transkip dari curhat Kartini, istri dari Ustadz Ghozali yang di siksa densus 88 saat sholat di depan anak-anaknya:

Nama saya Kartini Panggabean, kelahiran 20 Februari 1980. Panggilan saya Cici, anak-anak memanggil saya Ummi. Saya adalah isteri dari Ustadz Ghozali, anak-anak memanggilnya Buya, saya memanggilnya Bang Jali. Saya tinggal bersama suami saya di di Jalan Bunga Tanjung Gang Sehat, saya bersama Bang Jali tinggal bersama empat anak kami (Umar Shiddiq, Raudah Atika Husna dan Ahmad Yasin dan Fathurrahman).

Bang Jali lahir tahun 1963, tamat SD 1971. Kemudian bang Jali Masuk SMP Muhammadiyah di Sei. Sikambing Medan. Bang Jali tidak tamat SMP, berhenti karena protes terhadap sekolah SMP di Indonesia memakai celana pendek (tidak menutup aurat) Secara otodidak Bang Jali belajar menulis.

...Bang Jali tetap melanjutkan membaca surah Al-Qur'an. Tapi orang-orang bersenjata itu langsung menarik paksa Bang Jali, sholat Bang Jali dihentikan secara paksa. Buya ditunjangi (ditendang) saat sholat, kemudian dipijak-pijak (diinjak-injak) hingga babak belur...

Dia menjadi kolumnis tetap di beberapa surat kabar yang terbit di Medan. Kemudian Bang Jali ke Malaysia selama 10 tahun. Aktif menjadi wartawan di majalah Islam. Tahun 1996-2000 bang Jali pulang ke Indonesia menetap di Medan membuka kursus komputer, kemudian ke Malaysia lagi pada tahun 2000-2004 bekerja sebagai penulis buku di beberapa penerbitan.

Sejak 2004-2010 menetap di Tanjungbalai sebagai penulis buku-buku agama yang produktif dan semua diterbitkan di Malaysia, lebih kurang 50 judul buku. Ada satu judul buku yang diterbitkan di di Indonesia Selain menulis, Bang Jali juga berprofesi sebagai pengobat tradisional (bekam). Bang Jali juga mengisi pengajian.

Sejak satu bulan terakhir (bulan Agustus 2010), Bang Jali tidak pergi ke mana-mana, atas permintaan saya selaku Ummi anak-anak, alasan saya karena saya sedang hamil tua, hari-hari menjelang persalinan sudah kian dekat. Saya meminta Bang Jali untuk menemani saya melahirkan.

Begitu pun, seingat saya Bang Jali sekali ada pergi ke Medan awal Agustus ke Medan, itu pun karena menjenguk ibunya di salah satu rumah sakit di Medan. Saya melahirkan anak putera saya yang keempat pada tanggal 28 Agustus 2010 (usianya 3 minggu).

Sejak saya melahirkan bayi yang kami beri nama Fathurrrahman Ramadhan itu, Bang Jali juga tidak ada pergi ke mana-mana karena saya tidak ada teman di rumah.

Saat Maghrib, hari Minggu sekitar jam 18.45 WIB menjelang Senin malam, tanggal 19 September 2010. Saya, bayi saya, dua perempuan dewasa (istri Abu dan teman Deni), Buya, Dani, Deni, Alek, Abdullah dan 2 orang lagi anak tamu.(salah satu dari dua perempuan dewasa). Jadi, ada di dalam rumah tersebut 10 orang, terdiri dari 5 laki-laki dewasa, 3 perempuan dewasa, 3 anak-anak. Saat adzan Maghrib terdengar, Bang Jali bersiap-siap melaksanakan sholat Maghrib berjamaah.

Bang Jali, Deni, Deden, Alek, Abu mengambil wudhu. Saya bilang kepada Bang Jali, Buya bajunya diganti saja, basah kena air wudhu. Saya berada di ruang tamu, menyusukan anak saya Fathur.

Bersama saya dua perempuan dewasa. di dekat pintu depan rumah, pintu rumah kami hanya di depan, rumah kami tidak ada pintu belakang. Saya memanggil ketiga anak untuk pulang ke rumah, karena sudah masuk waktu Maghrib.

Bang Jali dan empat temannya mulai melaksanakan sholat Maghrib berjamaah dengan Bang Jali sebagai imamnya. Mereka sholat di ruang belakang dekat dapur.

Dani, usianya sekitar dua puluh lima tahun tahun adalah murid mengaji Bang Jali. Kerjanya sehari-hari menjahit gorden, dia tinggal di Tanjung Balai. Dani membawa dua orang temannya, Alek (30 tahun) dan Deni (20 tahun) ke rumah. Bang Jali sebelumnya tidak mengenal kedua orang itu.

Sejak saat itu, Deni dan Alek menginap di rumah. Tapi Dani tidak menginap di rumah. sedangkan alek dan deni saya tidak mengenalnya. Mengenai Abu, atau Abdullah (35 tahun), saya tidak jelas orang mana berasalnya. Jadi Deni dan Alek sudah menginap 2 minggu di rumah kami, kedatangan mereka ke Tanjungbalai karena rencana mau cari kerja, saat itu mau hari hari raya.

Bang Jali bilang ini sudah dekat hari raya, tidak mungkin ada kerjaan. Tunggulah habis hari raya. Jadi mereka di rumah kerjanya hanya makan tidur. Seingat saya selama ini tidak ada kegiatan yang mencurigakan.

Tiba-tiba sebuah mobil datang, terdengar suara dari luar ada orang berteriak, "keluar!"

Saat itu ketiga anak saya masih bermain di rumah tetangga. Saya mau memanggil anak-anak untuk pulang, saya pun berjalan menuju pintu depan rumah. Saya menyuruh mereka masuk, tapi mereka tidak mau masuk, saya sempat melihat wajah mereka seperti ketakutan.

Saya terkejut karena pas saya di depan pintu saya lihat sudah turun dari mobil 30 orang bersenjata. Anak-anak saya diam tak bersuara. Densus 88 langsung saja menerobos masuk ke dalam rumah dengan bersenjata. Mereka semuanya ada sekitar 30 orang membawa senjata. Mereka dari samping sebagian, masuk ke dalam rumah sebagian, sambil melepaskan tembakan.

Saya sambil menggendong bayi saya, dua perempuan dewasa serta anak-anaknya ditodongkan senjata sama Densus 88. Sepasang daun pintu rumah kami ditunjang (ditendang) sama Densus 88. Tidak ada baku tembak, tidak ada perlawanan dari dalam rumah, karena Bang Jali sedang sholat, sedang membaca surah al-Qur'an sehabis membaca surah al-Fatihah.

Tiba-tiba tiga makmum (Alek, Deni dan Dani) keluar dari shaff (membatalkan sholat mereka) karena mendengar suara ribut tembakan dan segera mengetahui datangnya orang-orang bersenjata. Alek, Dani dan Deni lari menuju kamar mandi.

Alek keluar dengan membobol seng (atap) kamar mandi. Orang-orang yang sudah masuk rumah menembaki mereka. Deni dan Dani ditembaki secara membabi buta sewaktu mereka di depan kamar mandi.

Saya, dua perempuan dewasa yang bersama saya, bayi saya yang berumur 20 hari, dan anak tetangga yang balita itu menyaksikan kejadian itu. Jadi dua orang ditembak di kamar mandi, satu orang lagi lari.

Bang Jali dan seorang makmumnya, Abu masih tetap melanjutkan sholat, walaupun orang-orang bersenjata itu sudah masuk ke dalam rumah, di ruang belakang dekat dapur.

Bang Jali tetap melanjutkan membaca surah Al-Qur'an. Tapi orang-orang bersenjata itu langsung menarik paksa Bang Jali, sholat Bang Jali dihentikan secara paksa. Buya ditunjangi (ditendang) saat sholat, kemudian dipijak-pijak (diinjak-injak) hingga babak belur.

Saya kasihan melihat Bang Jali karena saat itu dia sedang sakit batuk. Bang Jali diseret sama Densus, Bang Jali tak henti-hentinya meneriakkan takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Saya masih dalam todongan senjata bersama dua perempuan dan tiga anak-anak. Kami langsung disuruh ke rumah tetangga sambil ditodong. Saya digiring ke rumah tetangga sambil ditodong senjata, di rumah tetangga. Anak-anak saya dari tadi memang berada di situ.

Saya dan anak-anak saya bisa mengintip (melihat dari sela-sela atau lobang) kejadian yang terjadi di rumah kami dari rumah tetangga. Anak-anak saya berteriak-teriak tidak tak henti-hentinya. "Ummi, Ummi itu Buya, itu Buya." Anak-anak memberitahu saya mereka melihat Buya mereka dipijak-pijak (diinjak-injak).

Mereka menembaki rumah kami dengan membabi buta, walaupun saya sangat yakin Bang Jali tidak ada senjata. Bang Jali hanya terus bertakbir, Allahu Akbar, hanya itu yang bisa Bang Jali lakukan.

Mereka menembaki saja walau tidak ada perlawanan. Dari luar mereka menembaki, di dalam juga menembaki, mereka dalam waktu satu jam itu menembak terus dengan membabi buta.

Tiba-tiba ada yang menggiring saya keluar, saya dibawa ke mobil Densus 88. Saya terus menengok (melihat) ke arah Bang Jali tapi sudah tidak terlihat. Saya tengok (lihat) suami kawan saya (Abu) dibawa ke mobil tak berapa lama.

Densus membentak saya menanya saya di mana tas Bang Jali. Saya jawab (katakan), "Tengok saja sendiri."

Mereka semua penakut, saya yang disuruh mengambil tas Bang Jali, mereka takut granat, padahal tidak ada apa-apa di tas Bang Jali.

Satu jam kemudian polisi (dari Polresta Tanjung Balai) datang ke sana, polisi pun rupanya tahu apa-apa mengenai kejadian itu. Densus pergi begitu saja. Saya tidak tahu informasi ke mana Bang Jali dibawa, apakah Bang Jali dibawa ke Medan atau ke mana.

Dari pihak Polres malah menanyakan sama saya ke mana Bang Jali dibawa Densus. Saya dinaikkan ke mobil Patroli Polresta Tanjungbalai dibawa ke kantor Polresta Tanjungbalai. Saya tidak dikasih pulang ke rumah.

Esok hari, tanggal 20 September, saya masih tidak dikasih pulang. Sebagian besar anggota Polres Tanjung Balai memperlakukan saya dengan baik, mereka kasihan melihat saya karena menengok anak saya kecil (bayi), tapi ada juga polisi di sini yang jahat dan memperlakukan saya sewenang-wenang.

Saya ingin tahu kabar suami saya. Saya lihat ada koran, saya ambil untuk saya baca. Polisi berpakaian preman itu merampas koran itu dari tangan saya. Hati saya sangat sakit, tapi saya diam saja.

Kapolresta baik sama saya. Dia menanyakan saya, apakah mau pulang ke rumah mengambil baju? Saya sudah bilang sama penyidik, "Cemana (bagaimana) ini, Pak, kalau saya masuk tahanan jelas status saya, tapi di sini saya tidak jelas sebagai apa, saya tidak tahu apa-apa."

Kata penyidik, "tunggu kabar dari Medan saja, baru saya kasi informasi di sini."

Saya sedih karena Bang Jali tak bisa dijumpai, karena dia sudah babak belur dipijak-pijak dua puluhan orang. Mereka main serbu saja, mereka itu begitu datang tak ada basa-basi lagi. Dinding rumah kami rusak.

Polisi pun tidak boleh lewat-lewat di situ selama satu jam itu. Padahal kan semua pakai peraturan. Polresta Tanjungbalai membantu saya mempertemukan saya dengan keluarga saya agar anak-anak saya yang empat orang tidak tinggal di tahanan. Saya dipinjamkan telepon sama polisi untuk menelepon adiknya agar saya bisa menitipkan anak-anak saya kepada keluarga, kecuali yang bayi tetap bersama saya, karena dia masih saya susukan. Umurnya kan baru 3 Minggu.

Pada 20 September 2010 sekitar jam 9.00 WIB pagi saya pertama kali menghubungi keluarga. Saya mengasih tahu, saya sekarang di Polresta Tanjung Balai, tidak boleh keluar dari sini karena kata polisi saya dijadikan saksi.

Adik saya ke ke Tanjung Balai hari Senin, 20 September itu juga, adik saya menjenguk saya. Kondisi saya sudah beberapa hari tetap tak jelas, tidak dikasih pulang, padahal saya sudah di BAP hari Minggu sampai sekarang tidak keluar-keluar.

Tidak jelas, tidak boleh pulang, soalnya tidak ada yang mau datang menjenguk saya, adik saya pun hanya datang untuk mengambil si Umar, dibawa ke sana, kasihan Bang Jali.

Di sini saya dan bayi saya tidur dan hidup di sebuah ruangan yang menyerupai gudang kertas-kertas, hanya beralas tikar plastik, kasihan Fathur (bayi saya), baru 3 minggu usianya. (*)

Narasumber: Kartini Panggabean, istri ustadz Khairul Ghozali yang dituduh sebagai teroris oleh Densus 88.

Sumber: - Tim Kuasa Hukum Ustadz Khairul Ghozali, - keluarga, yakni adik Ustadz Khairul Ghozali (Ustadz DR. Adil Akhyar, SH, MH, LLM dan Ahmad Sofian, SH, MA serta abang Ustadz Khairul Ghozali, DR.Ikhwan)

Readmore...

LBH Medan: Penggerebekan Bang Jali Rekayasa dan Fitnah Densus 88

Medan (voa-islam.com) -Tindakan yang dilakukan Densus 88 terhadap Khairul Ghozali bersama 4 orang jemaahnya saat shalat maghrib di Jalan Besar Medan-Tanjung Balai Asahan, dinilai sebagai tindakan yang biadab tidak berperikemanusiaan.

Pernyataan tersebut ditegaskan Adil Akhyar Al Medani, didampingi putri kandung ustadz Ghozali, Rabbaniyah (17) di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan Jalan Hindu Medan.

Saat Rabbaniyah mengungkapkan kesedihannya, dia berharap agar Ustadz Ghozali dibebaskan. ‘’Saya ingin Buya cepat pulang. Buya nggak bersalah. Orang lain yang bersalah, kenapa Buya yang ditangkap,” ujar Rabaniah, putri kedua Ustadz Khairul Ghozali yang ditangkap Tim Densus 88 Antiteror di Tanjung Balai, Minggu (19/9) lalu.

...‘’Saya ingin Buya cepat pulang. Buya nggak bersalah. Orang lain yang bersalah, kenapa Buya yang ditangkap,”...

Harapan itu disampaikan Rabaniah saat mengadu di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Jumat (24/9) kemarin. Gadis berusia 17 tahun yang kini duduk di SMU Muhammadiyah 18 Kampung Lalang Medan itu menambahkan, selama ini orangtuanya tidak pernah melakukan kegiatan-kegiatan yang mencurigakan seperti dituduhkan Densus 88 Antiteror.

“Kegiatan Buya setiap harinya menulis buku, ikut pengajian, sebagai tukang kusuk. Jadi saya tidak percaya kalau Buya teroris. Buya orang baik,”ungkap Rabaniah yang saat itu didampingi paman (adik Khairul Ghozali, red) Adil Akhyar SH. Kehadiran mereka ke LBH Medan untuk mencari kebenaran dan minta advokasi terkait ditangkapnya Khairul Ghozali.

Densus Lakukan Rekayasa dan Sebar Fitnah

Pada kesempatan itu, Adil Akhyar menjelaskan, penangkapan yang dilakukan Densus 88 adalah sebuah rekayasa, yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Dan yang patut digarisbawahi, penangkapan itu dilakukan pada saat Ustadz Khairul Ghozali tengah melaksanakan salat Maghrib berjamaah di kediamannya di Tanjung Balai.

“Ini semua rekayasa dan fitnah. Tidak ada sedikit pun perlawanan dilakukan oleh Ustadz Ghozali serta dua orang yang meninggal saat kejadian.

“Ini semua rekayasa dan fitnah. Tidak ada sedikit pun perlawanan dilakukan oleh Ustadz Ghozali serta dua orang yang meninggal saat kejadian. Waktu itu, Ustadz Ghozali sedang salat Maghrib berjamaah mana mungkin menenteng-nenteng senjata dan melakukan perlawanan,’’ tegasnya sembari mengatakan apa yang sampaikan Kapolri itu fitnah dan rekayasa.

SBY Harus Meninjau dan Bubarkan Densus 88

Atas penyerangan yang tidak berprikemanusiaan itu, sambung Akhyar, diharapkan agar presiden segera meninjau dan membubarkan densus 88 karena telah melanggar dan bertindak diluar hukum.



‘’Saya minta agar presiden SBY agar memperhatikan konfrensi pers ini. Jangan presiden hanya mendengarkan laporan sepihak dari Kapolri BHD. Kami juga meminta pada komisi III DPR-RI, untuk segera mengusut tuntas kasus ini dan segera meninjau kembali Densus 88 karena sudah tidak berprikemanusiaan,’’ tegas Akhyar.

Akhyar sendiri sudah mengetahui keberadaan abang kandungnya tersebut, menurut info yang dia terima, abangnya berada di Mabes Polri. Sementara itu langkah hukum yang akan ditempuh keluarga besar Ghozali yakni melaporkan kasus ini ke Amnesty Internasional. ‘’Saat ini kami sudah memberikan keterangan pada Amnesty Internasional, laporan tersebut sudah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris,’’ katanya.

Sedangkan untuk keponakannya yang masih berumur beberapa bulan dan ditahan Polres Tanjung Balai, bersama ibunya Kartini Panggabean, pihaknya juga sudah melaporkan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

Diceritakannya, sesuai pengakuan saksi mata di Tempat Kejadian Perkara (TKP), Kartini Panggabean. Saat Ghozali tengah menjadi imam salat Maghrib di rumahnya dengan lima orang makmum. Tiba-tiba muncul sekitar 20-an orang yang belakangan diketahui Densus 88 masuk ke rumah mereka, dan tanpa tedeng aling-aling langsung memberondong Ghozali dan makmumnya dengan tembakan.

Namun saat terdengar tembakan pertama, tiga makmum langsung tersentak dari salat dan menyelamatkan diri. Sementara dua lainnya, langsung terkapar di tempat dengan bersimbah darah. Sementara itu, Ghozali yang menjadi imam terus saja salat. “Kalau memang mau ada yang ditanya mestinya setelah orang yang salat itu selesai dulu beribadah,’’jelasnya.

Adil Akhyar menambahkan, pihaknya akan terus memperjuangkan nasib abangnya. Karena Polri pernah melakukan kesalahan dalam melakukan penangkapan. “Saya dan teman-teman LBH pernah memenangkan Prapidana tahun 2003 lalu. Beberapa waktu lalu polisi juga salah tangkap di Lubuk Pakam,’’katanya.

Akhyar menambahkan, saat ini anak-anak Ghozali trauma dan malu untuk bersekolah bahkan adayang diberhentikan dari pesantren. Sementara istri dan anak Ghozali yang paling kecil diamankan di Polres Tanjung Balai. ‘’Apa polisi tidak pernah berpikir sampai ke arah situ, mengorbankan orang lain demi kepentingan yang tidak jelas. Kepentingan yang direkayasa, fitnah dan sebagainya,” tandasnya.

Melanggar HAM, LBH Medan Akan Koordinasi dengan TPM

Sementara itu Direktur LBH Medan Nuriyono menjelaskan, LBH Medan akan melakukan koordinasi dengan tim Pembela Muslim untuk segera melakukan bantuan hukum terhadap anak dan istri Ghozali, dan juga berupaya untuk melakukan pembelaan kepada Ghozali sendiri. “Kita akan koordinasi dengan Tim Pembela Muslim (TPM) serta melakukan komunikasi dengan kepolisian untuk melakukan pembelaan,” tegasnya.

Hal senada diutarakan Wakil Direktur LBH Medan Muslim Muis SH, menurutnya kepolisian dalam hal ini Densus 88 telah melakukan hal yang tidak semestinya dilakukan. “Ini melanggar HAM. Dalam hukum, ada beberapa tempat yang tidak bisa dilakukannya penangkapan antara lain, pengadilan, rumah ibadah dan beberapa tempat lainnya,’’jelasnya.

Nah, dalam kasus Ghojali kejadiannya malah lebih tragis dimana orang yang sedang ibadah langsung ditangkap dengan cara-cara yang berlebihan. Untuk itu, sebaiknya keberadaan Densus 88 Antiteror ditinjau ulang. ‘’Karena jika terus-terusan seperti ini, pelanggaran HAM akan semakin banyak,” tundasnya. (Ibnudzar/trb)

Readmore...

Komnas HAM dan Komisi III Selidiki Kekejaman Densus 88

Jakarta (voa-islam.com) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan melakukan penyelidikan terkait dugaan pelanggaran HAM terhadap terduga teroris yang ditembak mati saat melakukan salat oleh Densus 88.

Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim mengatakan, pihaknya akan segera mengirimpan tim penyelidik untuk menelusuri kebenaran informasi tersebut. "Kami (akan) melakukan penyelidikan sendiri. Kami klarifikasi dari data yang didapatkan," katanya, Minggu (26/9/2010) malam.

Ifdhal mengaku saat ini belum mendapatkan laporan dari keluarga korban terkait penembakan terduga teroris, Ghazali dan beberapa orang lainnya ketika tengah melaksanakan salat. Pihaknya masih mengumpulkan informasi sebelum melakukan penyelidikan ke tempat kejadian perkara (TKP). "Kami belum menghubungi keluarga. Kami masih dalami," tambahnya

Sebelumnya, diberitakan dalam penggerebekan teroris di Medan, Densus 88 diduga menembak mati terduga teroris saat melaksanakan salat. "Waktu itu, dia (Ghazali) sedang salat Magrib dan langsung dilakukan penyergapan oleh Densus. Inikan tidak benar. Densus itu sudah tidak manusiawi," ungkap Adil Akhyar, adik Ghazali, di Medan, Sabtu 25 September 2010.

Adil sendiri mengetahui hal tersebut dari kakak iparnya, Kartini Panggabean yang ikut ditangkap oleh tim Densus dan masih ditahan di Maspolresta Tanjung Balai. Dalam kesehariannya, Ghazali adalah seorang ustadz dan penulis buku. Dia ahli dalam melakukan pengobatan tradisional bekam. Selain itu, dalam catatan hidupnya, Ghazali tidak pernah terlibat atau bermasalah dengan hukum, apalagi dengan jaringan teroris.

Aduan Kekerasan Densus Banyak Kami Terima

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Ifdhal Kasim juga mengakui menerima banyak pengaduan dari masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat, terkait dugaan kekerasan yang dilakukan Detasemen 88 dalam melakukan aksinya memberantas terorisme. "Kami banyak dapat laporan dari NGO (LSM), masyarakat," katanya, Minggu (26/9/2010) malam.

"Kami banyak dapat laporan dari NGO (LSM), masyarakat," katanya,

Aduan inilah yang membuat Ifdhal segera melakukan penyelidikan terkait laporan tersebut dengan membetuk tim penyelidikan. Sayangnya dia tidak memberikan rincian jumlah banyaknya tindak pelanggaran HAM yang dilakukan Densus 88. "Kami harus klarifikasi dan perdalam laporan itu," tambahnya

Sebelumnya diberitakan, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) menilai tindakan Densus 88 Mabes Polri dalam mengangani kasus terorisme di Hamparan Perak dan Tanjung Balai, Sumatera Utara, serta daerah lainnya di Indonesia sebaga aksi yang berlebihan.

Densus 88 seringkali menghilangkan kesempatan orang untuk hidup dengan melakukan penembakan tersangka hingga tewas. Dalam penggerebekan teroris di Medan, Densus 88 diduga menembak mati terduga teroris saat melaksanakan salat.

Komisi III Serius Tangani Kasus Bang Jali

Kebiadaban serta kekejaman dari sepak terjang anggota Detasemen Khusus 88 Anti teror yang tega menembak mati orang-orang yang disangka teroris di depan mata keluarganya mendapat perhatian serius Komisi III DPR-RI. Wakil rakyat yang membidangi hukum, perundang-undangan dan hak azasi manusia itu melihat tingkah Densus 88 sudah tidak manusiawi.

Salah satu kasus yang menjadi perhatian serius Komisi III DPR-RI adalah tindakan semena-mena terhadap Ustad Khairul Ghozali di Tanjung Balai, pada Minggu (19/9) lalu. Selain itu, keluarga Khairul Ghozali juga tidak diketahui keberadaannya hingga kini.

...”Hingga, saat ini kita tidak tahu keberadaan Ghozali. Bahkan Poldasu sendiri tidak mengetahui keberadaan keluarganya. Kita tidak tahu, apakah keluarga yang hilang ini diamankan Densus 88, atau bersembunyi karena ketakutan,”...

Untuk mengetahui peristiwa sebenarnya, lima anggota Komisi III DPR RI sengaja dating ke Sumatera Utara untuk mengumpulkan keterangan yang menguatkan tindakan semena-mena anggota Densus 88. ”Hingga, saat ini kita tidak tahu keberadaan Ghozali. Bahkan Poldasu sendiri tidak mengetahui keberadaan keluarganya.

Kita tidak tahu, apakah keluarga yang hilang ini diamankan Densus 88, atau bersembunyi karena ketakutan,” kata Edi Ramli Sitanggang dari Fraksi Demokrat, di VIP Bandara Polonia Medan, kemarin (23/9).

Edi tiba di Bandara Polonia bersama Andi Rian Padjalangi dari Fraksi Golkar, Ikhsan Sulistyo dari Fraksi PDI-P, dan Buchari dari Fraksi PKS.

Ditegaskan Sitanggang, masalah keluarga Khairul Ghozali sudah menjadi tanggung jawab mereka sebagai anggota DPR-RI. “Kasus ini menjadi PR berat bagi Komisi III untuk mengungkap dimana keberadaan Khairul Ghozali dan keluarganya,’’ tegas Sitanggang.

Buchari dari Fraksi PKS menyayangkan kebrutalan Densus 88 saat melakukan penggerebekan rumah warga yang disangkakan teroris.

“Kita kumpulkan data-data, fakta, barang bukti, dan saksi, baik dari keluarga korban atau tetangganya, baru kita bisa berkomentar. Saya tidak mau membuat suasana semakin ribet,” tegasnya.

Buchari menegaskan, bila tudingan miring ini dari masyarakat terhadap Densus 88, ini benar maka kasus ini akan dilanjutkan hingga ke pusat.

Koordinator Advokasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Sumut Julheri Sinaga menyambut baik kedatangan anggota DPR-RI ke Medan. “Kedatangan mereka seperti angin segar bagi keluarga yang ditindak semena-mena oleh Densus 88,’’ tegas Julheri Sinaga di tempat yang sama.

Dari Bandara Polonia, kelima anggota Komisi III itu bergerak ke Mapolda Sumut untuk selanjutnya ke lokasi penyergapan yang diduga persembunyian teroris yang digerebek Densus 88/AT dan ke Mapolsek Hamparan Perak yang diserang belasan pria bersenjata, Rabu (22/9) dini hari lalu.

“Rombongan langsung melihat kondisi di lapangan dan tempat penggerebekan oleh tim Densus 88,” ujar AKBP Endro Kiswanto, Kapolres Pelabuhan Belawan.

Setelah itu, rombongan anggota DPR RI langsung melihat dan meninjau lokasi penembakan didampingi Kapolda Irjen Pol Oegroseno dan jajarannya. Setelah meninjau lokasi, anggota DPR RI memberikan paparan kepada sejumlah wartawan.

“Ke depan perlu ada tindakan-tindakan referensif seperti kaji ulang agar tidak segampang itu melakukan tindakan yang sampai menimbulkan korban,” ujarnya.

Komisi III DPR juga berjanji memanggil Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri terkait penyerangan Markas Polsek Hamparan Perak dan kemungkinan keterkaitannya dengan terorisme dan perampokan Bank CIMB Niaga Jalan Aksara.

“Kami akan meminta penjelasan mengenai benang merah ketiga kejadian itu. Analisis saya, tidak menutup kemungkinan bahwa senjata yang dipakai untuk menyerang Polsek Hamparan Perak sama dengan senjata yang digunakan untuk merampok Bank CIMB Niaga pada pertengahan Agustus lalu,” kata Edi Ramli. Pemanggilan itu akan dilakukan pada tanggal 28 September mendatang. (Arsyila/dbs)

Readmore...

Lima Orang Terduga Teroris Dibebaskan, Terbukti Densus Serampangan!!

Jakarta (voa-islam.com) - Setelah dihujat berbagai kalangan tentang kekejaman dan arogansi Densus 88, kini terbukti bahwa Densus salah tangkap dan membunuh orang secara serampangan. Dari 21 orang yang dituduh teroris Mabes Polri resmi hanya menahan 13 tersangka teroris dan perampok Medan. Sementara, lima orang yang sempat ditangkap, kini dibebaskan.

..."Setelah didalami penyidik tidak menemukan bukti yang cukup terkait. Sehingga sejak minggu 5 orang itu dibebaskan," jelas Yoga...

"13 tersangka ditahan di (Rutan) Kelapa Dua. Kalau yang 5 sudah dikembalikan sesuai dengan asalnya," kata Wakadivhumas Mabes Polri Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana saat jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Senin (27/9/2010).

Yoga mengatakan, 5 orang yang dibebaskan yakni Kasman Hadiyono, Fero Rizky Addrian alias Eki alias Pengkor, Dicky Ilvan Alidin alias Kecik, Wahono alias Bawor dan Hendri Susanto. "Setelah didalami penyidik tidak menemukan bukti yang cukup terkait. Sehingga sejak minggu 5 orang itu dibebaskan," jelas Yoga.

Menurut Yoga, penggerebekan Densus 88 di Sumatera Utara telah menangkap 21 orang. 13 orang ditetapkan tersangka, 5 orang dibebaskan. "3 orang tewas," kata Yoga.

13 nama yang ditetapkan tersangka dan ditahan yakni, Jumirin alias Sobirin alias Abu Azam, Khairul Ghazali alias Abu Yasin, Marwan alias Wak Nong alias Wak Geng, Suryo Saputro alias Umar alias Siam, Beben Khairul Rizal alias Abah alias Abi Jihad alias Ijal, Agus Sunyoto alias Gaplek alias Plak, Bagas alias Deri, Nibras alias Arab alias Amir, Suraji alias Agus Iwan alias Agus Marwan alias Ahmad alias Hasan, Heri Kuswanto alias Ari alias bin Suratman, Abdul Haris Munandar alias Aris, Jaja Miharja Fadillah alias Syafrizal.

Sementara 3 orang yang tewas tertembak yakni Dani alias Ajo, Yuki Wantoro alias Rozak, Ridwan alias Iwan. Para tersangka dikenakan pasal berlapis tindak pidana terorisme dan perampokan.

MMI Sumut Ancam Praperadilankan Densus

Sementara itu dari Medan, Lajnah Perwakilan Wilayah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Sumatera Utara (Sumut) masih mencari tahu keberadaan bendaharanya, Kasman Hadiyono alias Yono (43). Kendati mendapat informasi Kasman ditangkap Densus 88 Anti Teror terkait sangkaan terlibat kasus terorisme, namun mereka masih menunggu adanya pemberitahuan secara resmi.

Kuasa Hukum MMI Sumut, Julheri Sinaga menyatakan, mereka sudah menyiapkan langkah-langkah hukum untuk mempraperadilankan pihak kepolisian terkait penahanan Kasman Hadiyono. Namun ada kendala, tentang kepastian siapa yang melakukan penangkapan itu. Dalam pemberitaan media massa, memang disebutkan Densus 88, namun untuk aspek hukum di pengadilan, bukti kuat sangat diperlukan.

..."Begitu kita mendapat kepastian, maka praperadilan akan segera diajukan," kata Sinaga...

"Begitu kita mendapat kepastian, maka praperadilan akan segera diajukan," kata Sinaga kepada wartawan di Medan, Senin (27/9/2010).

Sejauh ini, baik MMI Sumut maupun pihak keluarga masih belum mendapat informasi tempat penahanan Hadiyono yang ditangkap di Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumut. Menyusul adanya informasi para tersangka dibawa polisi ke Jakarta, maka MMI Sumut sudah berkoordinasi dengan MMI Jakarta untuk mencoba bertemu langsung dengan Hadiyono.

"Tapi sampai sekarang masih belum bisa. Kita masih terus berupaya," tukas Julheri sambil menyatakan, MMI tidak percaya Kasman terlibat dalam terorisme. Sebab dalam kehariannya Kasman hanya bekerja sebagai tabib, atau melakukan pengobatan secara tradisional.

Kasman Hadiyono ditangkap Densus 88 saat berada di rumah iparnya Marwan, di Puloagas, Kecamatan Hamparan Perak, pada Minggu (19/9/2010). Pada saat yang sama Densus juga menangkap tersangka lainnya di Sumut. Secara keseluruhan ada 18 orang yang ditangkap, dan tiga di antaranya ditembak mati.

Komisi III: Tindakan Densus Langgar HAM

Rupanya hujatan terhadap Densus 88 datang juga dari anggota Komisi Hukum DPR Nasir Jamil yang menyayangkan tindakan personel Detasemen Khusus 88 Antiteror yang kerap menyalahi aturan. Nasir juga mengecam tindakan Densus 88 yang melakukan penyergapan terduga teroris Ghazali saat sedang menunaikan salat di Tanjung Balai Sumatera Utara.

..."Kalau benar informasi Ghazali sedang salat lalu disergap Densus itu melanggar UUD, karena ibadah adalah hak asasi yang dimiliki umat beragama...

"Kalau benar informasi Ghazali sedang salat lalu disergap Densus itu melanggar UUD, karena ibadah adalah hak asasi yang dimiliki umat beragama. Kerja Densus harus sesuai prosedur tidak boleh semena-mena," kata Nasir kepada okezone di Gedung DPR, Jakarta, Senin, (27/9/2010).

Menurut politisi PKS ini, dugaan kesewenangan Densus 88 kerap disuarakan pegiat HAM seperti Kontras dan Komnas HAM. Karenanya dia mendesak, Kapolri melakukan pembenahan internal termasuk memperketat standar prosedur operasional saat bertugas.

"Apapun namanya dia selama termasuk dalam kategori aparat penegak hukum harus mengikuti kaidah hukum, jangan sampai melanggar HAM. Catatan ini perlu menjadi bagian dalam pelaksanaan tugas mereka," jelas dia.

Nasir juga mendukung langkah Kementerian Hukum dan HAM mengkaji dugaan pelanggaran HAM oleh personel Densus 88. Dia menyarankan kajian ini dilakukan secara menyeluruh dengan sejumlah lembaga atau aktivis HAM seperti Komnas HAM dan Kontras.

Keluarga Ustadz Ghazali Akan Gugat Mabes Polri

Di lain tempat, Keluarga terduga teroris Khairul Ghazali, berencana menggugat Densus 88, Polri, dan Presiden, secara pidana dan perdata. Hal ini terkait penangkapan Ghazali oleh Densus 88 di Tanjung Balai, Sumatera Utara beberapa waktu lalu.

...Ada pelanggaran HAM saat penggerebekan. Antara lain penangkapan saat penghuni rumah salat Magrib, lalu diseret, dan mereka diinjak-injak di teras rumah,...

"Kami menduga ada pelanggaran HAM saat penggerebekan. Antara lain penangkapan saat penghuni rumah salat Magrib, lalu diseret, dan mereka diinjak-injak di teras rumah," jelas Erwin Koordinator Tim Pembela Muslim (TPM), selaku kuasa hukum keluarga Ghazali di Medan, Senin (27/9/2010).

Erwin menjelaskan, senjata api yang dijadikan barang bukti oleh polisi disinyalir hanyalah rekayasa. Karena istri Ghazali tidak pernah melihat senjata di rumahnya. Apalagi, pihak kepolisian baru memperlihatkan pistol tersebut di Medan, bukan di lokasi kejadian.

Selain itu, Erwin juga menduga dua pria tewas yang ditembak tim Densus 88 digunakan untuk menutupi kebenaranan materil bersalah atau tidaknya Ghazali. Hal ini terkait statement Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri yang menyatakan Ghazali sebagai teroris.

Belum lagi, kata dia, penangkapan yang dilakukan tim Densus 88 tidak prosedural. Karena sesuai dengan pasal 18 ayat 1 KUHAP, setiap orang yang ditangkap harus ditunjukkan surat perintah penangkapan. Namun saat penggerebekan, tim Densus 88 tidak menunjukkan surat perintah penangkapan terhadap Ghazali.

Erwin menambahkan, mereka juga akan menggugat Polresta Tanjung Balai terkait penahanan istri Ghazali, Kartini Panggabean (30). Meskipun sudah dibebaskan Minggu (26/9) kemarin, Kartini bersama dua temannya dan anaknya yang masih balita sempat ditahan selama tujuh hari di Mapolresta Tanjung Balai.

Dia juga mempertanyakan status hukum ketiga perempuan yang ditahan tersebut. Menurut Erwin, jika sebagai saksi, pihak kepolisian harus menunjukkan surat penetapan dari pengadilan untuk memulai penyelidikan.

“Tapi itu tidak ada, sehingga tindakan Polresta Tanjung Balai tersebut bertentangan dengan hukum. Apalagi, tempat yang disediakan untuk mereka hanya ruangan 2 x 2,5 meter yang dinilai tidak layak huni,” pungkasnya. (LieM/dbs)

Readmore...

Senin, 27 September 2010

Arogansi HKBP: Hadapi Brigade Yesus dengan Jihad Sampai Tetes Darah Terakhir

JAKARTA (voa-islam.com) - Berbagai konflik yang menimpa umat Islam dan Kristen di berbagai daerah harus diwaspadai. Jika diremehkan, pecahlah perang agama. Karena disinyalir, pihak Kristen telah lama mempersiapkan Brigade Yesus, kelompok pasukan bersenjata untuk menghadapi umat Islam. Mereka melakukan latihan fisik dan bahkan menggunakan senjata api di camp-camp militer.

Hal itu disampaikan Ustadz Drs M Alfian Tanjung dalam orasinya saat aksi damai “Menolak Arogansi HKBP & Serangan Kepada Umat Islam,” di bundaran HI Jakarta, Jum’at (24/9/2010). Menurutnya, kelompok paramiliter Kristen itu bersiap-siap untuk menghabisi kaum muslimin dengan strategi ‘bubur panas.’.

“Sampai hari ini barisan Brigade Yesus, kelompok-kelompok Kristen mereka sebetulnya terus mempersiapkan diri untuk menghabisi umat Islam dengan strategi ‘bubur panas’ yang mereka mainkan di berbagai belahan Indonesia timur,” ujarnya.

...Sampai hari ini barisan Brigade Yesus terus mempersiapkan diri untuk menghabisi umat Islam yang dimainkan di berbagai belahan Indonesia timur...

Aktivis antikomunis ini juga mengungkapkan data-data bahwa hingga Januari 2010, jumlah anggota Brigade Yesus diperkirakan mencapai 52 ribu pasukan yang dilatih sejak tahun bulan Mei 2005.

Dengan tegas, dosen Universitas Prof Dr Hamka (UHAMKA) ini memperingatkan umat Islam agar siap berjihad sampai titik darah penghabisan, untuk menghadapi semua pihak yang hendak menistakan umat Islam.

“Pada siang ini kita mempertegas kepada siapa saja yang mencoba bermain-main dengan umat Islam dan menghina pada titik yang sangat sensitif, yakni akidah kita. Bagi kita hanya ada dua pilihan, hidup mulia atau mati syahid,” tegasnya berapi-api. “Apapun yang dilakukan oleh siapapun, bila mengarah pada penistaan umat Islam, maka pilihan buat kita adalah menghadapi mereka sampai tetes darah penghabisan,” imbuhnya.

...kepada siapa saja yang mencoba bermain-main dengan umat Islam dan menghina akidah kita, maka kita hanya ada dua pilihan, hidup mulia atau mati syahid...

Karenanya, Ketua Umum LSM Taruna Muslim ini mengimbau umat Islam untuk merapatkan shaff perjuangan dan persaudaraan sesama Muslim.

“Persoalan kita sampai kepada sebuah titik situasi di mana konsolidasi dan sinergi potensi umat harus terus diperkuat. Semoga kebersamaan kita ini akan terus kita tata kelola sampai langkah-langkah yang ke depan karena gerakan mereka telah sampai kepada bentuk-bentuk perlawanan fisik lebih lanjut,” pungkasnya.

UMAT BERSATU MELAWAN AROGANSI HKBP BEKASI

Dalam aksi damai yang dikhususkan untuk merespon arogansi Gereja HKBP Bekasi itu, sekira sepuluh ribu umat Islam memutihkan Jakarta. Acara berlangsung tertib dan damai usai shalat Jum’at. Massa yang dikomando Forum Umat Islam (FUI) itu melakukan longmarch dari HI menuju ke Gedung Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional RI dan berakhir di Monas.

Para pimpinan ormas Islam yang tergabung dalam FUI bergantian menyampaikan orasi, menyatakan sikap tegasnya terhadap arogansi HKBP yang membangkang terhadap Peraturan Bersama Menteri (PBM) tentang Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadah. Kepada pemerintah dan aparat, mereka mendesak agar bersikap tegas terhadap arogansi HKBP yang melakukan tirani minoritas di Bekasi.

Uniknya, aksi damai menolak arogansi HKBP itu juga diikuti oleh massa dari The Jakmania (penggemar klub sepakbola Persija Jakarta). Bahkan seorang petinggi The Jakmania turut memberikan orasi tegas yang memperingatkan agar warga Batak Kristen di Bekasi menghormasi warga setempat. Mereka juga mengutuk kelakuan arogan HKBP di Bekasi.

Pernyataan sikap para tokoh dari ormas-ormas Islam itu diakhiri oleh orasi Ustadz Muhammad Al-Khaththath di depan gedung Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional RI. Sekjen FUI ini menyatakan kekecewaan terhadap kinerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Sebelumnya, telah disepakati bahwa aspirasi FUI akan diterima langsung oleh Menkopolhukam Djoko Suyanto. Tapi pada saat acara berlangsung, tiba-tiba dikabarkan bahwa Djoko Suyanto sudah pulang. Aksi damai pun diakhiri dengan doa dan pembacaan Pernyataan Sikap FUI Soal Konflik HKBP Bekasi dengan Warga.

Aksi damai sempat memanas, ketika para pengunjuk rasa dilarang melaksanakan shalat di masjid komplek Dephan. Untungnya, Ustadz Khaththath berhasil meredam emosi pengunjuk rasa agar tidak berbuat anarkhis. Massa pun memilih untuk shalat di masjid-masjid terdekat.

Meski berlapang dada terhadap pelarangan shalat di masjid tersebut, namun Khaththath tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. “Kepada para petugas yang melarang kita shalat di masjid ini, kita doakan supaya mereka pada sakit semua,” tuturnya. [taz/widiarto, adrian]

Readmore...

Einstein Ternyata Seorang Syi'ah?

Kantor berita Iran IRIB (24/9) baru-baru ini melansir sebuah berita yang menyatakan bahwa ilmuwan Albert Einstein adalah seorang penganut Syiah. Irib mengutip sebuah surat rahasia Albert Einstein, ilmuan Jerman penemu teori relatifitas itu, yang menunjukkan bahwa dirinya adalah penganut madzhab Islam tersebut.

Berdasarkan laporan situs Mouood.org, Einstein pada tahun 1954 dalam suratnya kepada Ayatollah Al-Udzma Sayid Hossein Boroujerdi, marji besar Syiah kala itu, menyatakan, "Setelah 40 kali menjalin kontak surat-menyurat dengan Anda (Ayatollah Boroujerdi), kini saya menerima agama Islam dan mazhab Syiah 12 Imam".

Einstein dalam suratnya itu menjelaskan bahwa Islam lebih utama ketimbang seluruh agama-agama lain dan menyebutnya sebagai agama yang paling sempurna dan rasional. Ditegaskannya, "Jika seluruh dunia berusaha membuat saya kecewa terhadap keyakinan suci ini, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walau hanya dengan membersitkan setitik keraguan kepada saya".

Einstein dalam makalah terakhirnya bertajuk Die Erklarung (Deklarasi) yang ditulis pada tahun 1954 di Amerika Serikat dalam bahasa Jerman menelaah teori relatifitas lewat ayat-ayat Al-Quran dan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as dalam kitab Nahjul Balaghah.

Dalam makalahnya itu, Einstein menyebut penjelasan Imam Ali as tentang perjalanan miraj jasmani Rasulullah ke langit dan alam malakut yang hanya dilakukan dalam beberapa detik sebagai penjelasan Imam Ali as yang paling bernilai. (ags/irb)

Readmore...

Jumat, 24 September 2010

Hizbut Tahrir Serukan Perlawanan terhadap Tirani Minoritas HKBP Bekasi

JAKARTA (voa-islam.com) – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI ) mengecam Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Bekasi sebagai pihak yang arogan dan aktor Tirani Minoritas. Pasalnya, HKBP selalu menolak terhadap opsi-opsi yang ditawarkan Pemerintah Kota Bekasi, bahkan secara demonstratif berulang menyelenggarakan ibadat di jalanan sehingga mengganggu lingkungan, menunjukkan sikap Arogansi.

Demikian dikatakan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto dalam press releasenya, Kamis (23/09/2010).

…sikap arogan HKBP dan usaha memaksakan kehendak dengan cara membangun opini negatif tentang kebebasan beragama negeri ini, semakin menunjukkan apa yang disebut tirani minoritas…

Menurutnya, sikap arogan dan usaha memaksakan kehendak yang dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan cara membangun opini negatif tentang kebebasan beragama negeri ini serta dengan mengundang intervensi pihak luar negeri oleh HKBP dan para pendukungnya, menunjukkan di negeri ini makin berkembang apa yang disebut TIRANI MINORITAS, yang sudah berkembang di sejumlah aspek kehidupan berbangsa.

“Tirani minoritas dapat berkembang di negeri ini akibat gagalnya negara dalam melindungi kepentingan mayoritas rakyat yang Muslim, sekaligus menjaga kepentingan kaum minoritas, yang dipicu oleh lemahnya landasan teologis negara ini. Sehingga tidak jelas pula pijakan yang digunakan dalam menata kehidupan masyarakat yang majemuk,” katanya.

Oleh karena itu, menurut Ismail, konflik kepentingan antara mayoritas dan minoritas, kata dia, akan terus berlangsung selama masyarakat dan negara ini diatur dengan sistem sekuler. Sistem ini tidak memiliki basis teologis yang jelas untuk menata secara adil antara kepentingan mayoritas muslim dan minoritas non muslim.

…Hizbut Tahrir Indonesia mengecam keras sikap arogan pihak HKBP, padahal warga di Ciketing Asem sudah sangat toleran…

Berkenaan dengan hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia mengecam keras arogansi pihak HKBP, dengan tiga pernyataan sikap berikut:

1. Mengecam keras sikap arogan pihak HKBP, padahal warga di Ciketing Asem sudah sangat toleran. Dua puluh tahun lebih mereka menahan diri terhadap semua kegiatan HKBP di sana. Tapi sikap toleran ini ditanggapi oleh HKBP dengan sikap yang tidak mengindahkan peraturan, ketertiban dan ketenteraman umum serta aspirasi warga di sana.

2. Menyerukan kepada pemerintah untuk bertindak tegas terhadap HKBP, dan tegas berkenaan dengan pengaturan pembangunan tempat ibadah agar tidak merugikan kepentingan masyarakat yang mayoritas muslim.

….Hizbut Tahrir Indonesia menolak Tirani Minoritas, dan menyerukan kepada masyarakat untuk melakukan perlawanan, karena sikap semacam ini sangat merugikan rakyat negeri ini yang mayoritas muslim….

3. Menolak TIRANI MINORITAS, dan menyerukan kepada masyarakat untuk melakukan perlawanan, karena sikap semacam ini sangat merugikan rakyat negeri ini yang mayoritas muslim. Bila dibiarkan, bukan tidak mungkin sikap semacam ini akan berkembang menjadi diktator minoritas yang tentu akan lebih merugikan lagi kepentingan rakyat banyak yang mayoritas muslim itu. [taz/tribun]

Readmore...

Ar Rahmah Media Luncurkan Jejaring Sosial Islami Nahnumuslim.com

Setelah cukup lama menekuni dunia pemberitaan dengan hadirnya situs berita arrahmah.com, Ar Rahmah Media Network kini mulai merambah jejaring sosial, berbeda dengan jejaring sosial yang telah ada, Ar Rahmah Media mencoba menghadirkan situs jejaring sosial Islami dengan alamat http://www.nahnumuslim.com.

Situs jejaring sosial ini telah aktif mulai Kamis, (2/9/2010), namun hingga kini masih berada dalam tahap percobaan, Insha Allah ke depannya situs ini akan jauh lebih sempurna dan jauh lebih baik dari saat ini. Baru dua hari diluncurkan, sambutan dari publik sangat luar biasa, bahkan banyak yang sangat penasaran. Menurut pantauan kami, saat ini telah lebih dari 300 orang yang mendaftar dalam situs jejaring sosial Islami ini.

Nahnu Muslim berarti "We are Muslims!" dalam bahasa Inggris, atau kurang lebih berarti Kami Muslim. Dipilihnya alamat ini, menurut Ar Rahmah Media karena dinilai sangat pas untuk mewakili apa yang ada di dalamnya. Kenapa nahnumuslim? Mungkin banyak jejaring sosial yg meniru facebook, bahkan membuat agak mirip dengan namanya. Namun ini adalah sebuah warna baru dalam ajang jejaring sosial di dunia. Kami ingin membawa anda untuk lebih peduli dengan saudara muslimin yg lain, bukan hanya bertanya kabar, tapi saling berbagi ilmu dan lainnya.

Sistem nahnumuslim yang sekarang digunakan masih sangat sederhana atau dikenal dengan istilah micro blogging.

Situs ini akan menjadi tempat bagi ummat Muslim dimana saja berada untuk saling berbagi informasi, pengalaman, juga dapat dijadikan tempat untuk penyebaran dakwah Islam.

Nahnumuslim.com awalnya merupakan cita-cita dan mimpi pemimpin dan pemilik Ar Rahmah Media, Muhammad Jibirel Abdul Rahman, semoga Allah senantiasa melindunginya, yang kini telah terealisasi. Walau pimpinan Ar Rahmah Media ini sedang menjalankan hukuman penjara karena divonis bersalah oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan tuduhan menyembunyikan informasi dan membantu tindak "terorisme" beberapa bulan lalu yang ternyata tuduhannya tidak dapat dibuktikan dipersidangan, tetapi semangat Jibriel dalam berjihad melalui media cyber sangatlah tinggi. Seluruh tuduhan yang ditujukan kepada Muhammad Jibriel sangat direkayasa dan tidak ada yang terbukti satupun.

Nahnumuslim.com adalah ide dan konsep murni yang dipikirkan oleh Muhammad jibriel, dan perealisasiannya dibantu oleh tenaga handal yg juga programer arrahmah.com, yaitu Akhi Fadly, semoga Allah senantiasa menguatkannya.

Lalu, akankah NahnuMuslim.com dapat menyaingi situs jejaring sosial sekaliber facebook? Mudah-mudahan! [haninmazaya]

Readmore...

Pembakaran Masjid Terjadi di Sumatera Utara, Luput Dari Perhatian Media Nasional?

MEDAN (Arrahmah.com) - Mungkin berita ini tidak ramai terdengar, karena media-media nasional seperti tidak tertarik memberitakannya atau peristiwa ini luput dari perhatian mereka?

Sebuah Mesjid yang terletak di wilayah Sumatera Utara dibakar habis oleh orang tidak dikenal. Mesjid Syeikh Ali Martaib yang terletak di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dibakar pada akhir Juli lalu.

Menurut laporan, mesjid ini telah tiga kali dibakar secara sengaja. Masjid berusia ratusan tahun tersebut dibakar pertama kali pada tahun 1986, saat itu Mesjid masih bernama Mesjid Fii Sabilillah, dibakar sleuruh karpet dan sajadah yang berada di dalamnya. Di tahun 2009 kembali terjadi pembakaran, yaitu pembakaran mushaf-mushaf Al-Qur'an dan buku-buku keagamaan hingga mengenai Mihrab mesjid. Lalu terakhir pada 27 Juli 2010 lalu, Mesjid ini dibakar sekitar pukul 5.00 pagi ba'da Shubuh oleh orang tak dikenal.

Masjid itu merupakan salah satu masjid tertua di Kecamatan Porsea yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun dna berdiri di wilayah mayoritas Nasrani. Saat ini kondisi bangunan masjid tinggal puing-puing dan hanya sebagian kecil bagian dinding terbuat dari papan itu tersisa. Dari kondisi lapangan menunjukkan, kasus kebakaran pada masjid di Porsea itu cenderung karena disengaja dan direncanakan, seperti yang dilaporkan waspadamedan.

Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Batak Islam (PBI) mengutuk keras aksi pembakaran tersebut dan mendesak Polda Sumatera Utara untuk mengusut kasus ini.

“Kami yakin terbakarnya masjid Fiisabilillah tersebut cenderung tindak kejahatan, karenanya Poldasu perlu mengusut tuntas dan menangkap para pelaku pembakaran rumah ibadah itu”, kata Ketua Umum DPP PBI Prof DR H Abdul Muin Sibuea, MPd kepada pers di Medan, Rabu (4/8), seperti yang dilansir waspadamedan.com.

Tragisnya, pasca pembakaran Masjid tersebut belum ada pengusutan serius dari Polres Tobasa. Maka PBI berharap agar Poldasu mengambil alih pengusutan kasus ini.

Berbicara mengenai peristiwa ini, Ustadz Abu Jibriel mengatakan, "Siapa yang memicu permusuhan dan peperangan Islam atau salibis?"

"Perang di ambon, perang di poso mereka lah yang memulai, di bekasi pada hari pendidikan nasional mereka memulai membuat onar di masjid agung bekasi, kini terjadi lagi di Sumatera. Karena itu umat Islam harus segera bangkit menyatukan langkah untuk bersiap menghadapi peperangan yang mungkin tidak lama lagi akan dicetuskan oleh mereka," lanjutnya.

Saat ummat Islam beramai-ramai menuntut dibubarkannya kebaktian liar di Bekasi, berbagai kalangan memprotes aksi ummat Islam dan mengatakan melanggar HAM, tapi saat terjadi pembakaran sebuah Masjid, rumah ibadah ummat Muslim, dimana suara kelompok-kelompok tersebut? Bukankah hal ini juga melanggar HAM? (haninmazaya/arrahmah.com)

Readmore...

Awas. Gories Mere Ikut dalam Penggerebekan di Medan Dipertanyakan

Dugaan keikutsertaan Gories Mere dalam penggerebekan teroris di Medan dipertanyakan. Sebab, saat ini jenderal bintang tiga tersebut sudah tidak lagi bersinggungan langsung dengan penanggulangan terorisme di Indonesia.

Dalam penggerebekan teroris di Medan beberapa waktu lalu, polisi jenderal bintang tiga disebut-sebut ada dalam rombongan Densus 88 yang 'menerobos' Pos Golf Bravo Bandara Polonia untuk menuju Area Delta. Jenderal itu disebut-sebut adalah Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Gories Mere.

Menurut Ketua Badan Pengurus Kontras, Usman Hamid, keterlibatan Gories ini bukan yang pertama kalinya.

"Jika memang kemampuannya di bidang penanggulangan teroris masih sangat dibutuhkan, menurut Usman, harusnya Gories dikembalikan lagi di antiteror, tidak di BNN seperti saat ini"imbuhnya.

"Ini strukturnya harus dipertanggungjawabkan. Densus harus diaudit," desak Usman.

Usman mengatakan polisi bisa saja membela diri mengatakan jika keberadaan Gories di sana cuma kebetulan. Tapi publik tidak lantas langsung percaya.

"Polisi bisa saja membela diri mengatakan ketemu di sana, ketemu di Medan. Jadi seolah-olah, ketemu Gories baru pulang dari Danau Toba."

"Kenapa BNN ikut-ikut? Apa teroris ini juga tersangka narkoba?" sindir pria yang batal menjadi pengurus Partai Demokrat tersebut.

Sebelumnya Mabes Polri mengaku memastikan Gories Mere berada dalam penggerebekan teroris yang dilakukan oleh Densus 88 di Medan. Namun, jika benar Gories yang tak lagi berdinas di bidang terorisme, ada dalam rombongan Densus 88, Mabes Polri menilai tidak ada masalah yang perlu dibesar-besarkan. Bisa saja Gories memang ada keperluan di Medan.

Pada Kamis 16 September, Danlanud Medan mengirim surat kepada Kapolda Sumatera Utara terkait 'penerobosan' rombongan Densus 88 di Bandara Polonia. TNI Angkatan Udara merasa keberatan karena rombongan itu tidak mengindahkan aturan yang berlaku.

Petugas yang berjaga di pos sempat digertak oleh salah satu orang di rombongan tersebut. Orang itu mengatakan agar si petugas pos tidak menghalangi misi negara. Selain itu, orang di rombongan itu juga menyebut ada jenderal bintang tiga di rombongan itu.cDugaan keikutsertaan Komjen Gories Mere dalam penggerebekan teroris di Medan dipertanyakan. Sebab, saat ini jenderal bintang tiga tersebut sudah tidak lagi bersinggungan langsung dengan penanggulangan terorisme di Indonesia.

Dalam penggerebekan teroris di Medan beberapa waktu lalu, polisi jenderal bintang tiga disebut-sebut ada dalam rombongan Densus 88 yang 'menerobos' Pos Golf Bravo Bandara Polonia untuk menuju Area Delta. Jenderal itu disebut-sebut adalah Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Gories Mere.

Menurut Ketua Badan Pengurus Kontras, Usman Hamid, keterlibatan Gories ini bukan yang pertama kalinya.

"Soal keterlibatan Goris ini bukan pertama kali. sebelumnya pernah terjadi. Goris memang punya kemampuan antiteror yang baik. DI Indonesia maupun jaringan internasional," kata Usman Hamid dalam sebuah diskusi di Bakoel Coffee, Jakarta, Rabu (22/9/2010).

Jika memang kemampuannya di bidang penanggulangan teroris masih sangat dibutuhkan, menurut Usman, harusnya Gories dikembalikan lagi di antiteror, tidak di BNN seperti saat ini.

"Ini strukturnya harus dipertanggungjawabkan. Densus harus diaudit," desak Usman.

Usman mengatakan polisi bisa saja membela diri mengatakan jika keberadaan Gories di sana cuma kebetulan. Tapi publik tidak lantas langsung percaya.

"Polisi bisa saja membela diri mengatakan ketemu di sana, ketemu di Medan. Jadi seolah-olah, ketemu Gories baru pulang dari Danau Toba."

"Kenapa BNN ikut-ikut? Apa teroris ini juga tersangka narkoba?" sindir pria yang batal menjadi pengurus Partai Demokrat tersebut.

Sebelumnya Mabes Polri mengaku memastikan Gories Mere berada dalam penggerebekan teroris yang dilakukan oleh Densus 88 di Medan. Namun, jika benar Gories yang tak lagi berdinas di bidang terorisme, ada dalam rombongan Densus 88, Mabes Polri menilai tidak ada masalah yang perlu dibesar-besarkan. Bisa saja Gories memang ada keperluan di Medan.

Pada Kamis 16 September, Danlanud Medan mengirim surat kepada Kapolda Sumatera Utara terkait 'penerobosan' rombongan Densus 88 di Bandara Polonia. TNI Angkatan Udara merasa keberatan karena rombongan itu tidak mengindahkan aturan yang berlaku.

Petugas yang berjaga di pos sempat digertak oleh salah satu orang di rombongan tersebut. Orang itu mengatakan agar si petugas pos tidak menghalangi misi negara. Selain itu, orang di rombongan itu juga menyebut ada jenderal bintang tiga di rombongan itu.[muslimdaily.net/dtk]

Readmore...

Yang Kami Tolak Bukan Kristen, Tapi Kristenisasi

Islam tidak menolak Kristen, namun yang dilawan umat Islam adalah “Kristenisasi” dan segala bentuk makar terhadap Islam, ujar MUI

Hidayatullah.com--Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Kholil Ridwan, mengatakan, permasalahan HKBP yang terjadi di Ciketing beberapa waktu lalu, harus dilihat dengan jernih dan berimbang. Jangan dilihat dengan kacamata kuda.

Umat Islam, jelas Kholil, sama sekali tidak menolak Kristen sebagai agama, pun demikian dengan Hindu, Budha, Khong Khu Chu, dan lainnya. Namun yang ditolak dan dilawan oleh umat Islam adalah Kristenisasi dan segala bentuk makar lainnya terhadap Islam.

"Kalau kristenisasi, umat Islam pasti akan melawan, sebab kristenisasi sendiri itu adalah bentuk perang," kata Kholil dalam jumpa pers Forum Umat Islam di Sekretariat FUI JL. Kalibata Tengah, Jakarta, Rabu (22/09).

Dipaparkan Kholil, permasalahan HKBP yang terjadi di Ciketing belum ada apa-apanya dengan apa yang dialami umat Islam di daerah minoritas.

Di Manokwari, Kholil mencontohkan, umat Islam di sana untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi masjid saja tidak diizinkan. Dan, kata dia, sangat banyak contohnya lagi kasus-kasus diskriminasi yang dialami umat Islam di daerah-daerah yang lain.

"Jadi masalahnya bukan pada SKB atau PMB, tapi bagaimana mentaati peraturan tersebut. Ini sudah konsensus nasional yang disepakati semua perwakilan agama-agama di Indonesia," terang Ketua Majelis Pimpinan Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKSPPI) ini.

Jika SKB atau PMB (Peraturan Menteri Bersama) tentang pendirian rumah ibadah sampai dihapus, maka kata Kholil, jelas ini akan memunculkan kekisruhan yang tak pelak bisa berujung pada pertikaian antaragama.

"Kalau PMB dihapus, kristenisasi akan merajalela," katanya.

Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal Forum Ummat Islam (FUI) Muhammad Al Khattath mengungkapkan, umat Kristen yang mau melakukan misi kristenisasi sebetulnya tidak ada masalah. Yang jadi masalah jika kegiatan tersebut dilakukan di tengah-tengah komunitas masyarakat yang sudah beragama.

"Jangan sampai orang yang sudah berakidah, bersyahadat, dan beriman kepada Allah, malah dimurtadkan. Ini adalah ajakan perang. Pemurtadan adalah aksi yang sangat membahayakan bagi umat," imbuh Al Khattath.

Jumpa pers ini juga dijadiri sejumlah tokoh-tokoh Islam, pimpinan ormas-ormas Islam, dan para aktifis dakwah dan pemerhati masalah umat Islam. [ain/hidayatullah.com]

Readmore...

Bantahan terhadap Tuduhan Kapolri yang Mengaitkan JAT dengan Perampokan Bank CIMB

PERNYATAAN SIKAP JAMA'AH ANSHORUT TAUHID (JAT)

TERHADAP PERNYATAAN KAPOLRI YANG MENGAITKAN PERAMPOKAN BANK CIMB MEDAN DENGAN JAMA'AH ANSHORUT TAUHID DAN USTADZ ABU BAKAR BA'ASYIR

Berkaitan dengan isi pernyataan Kapolri Jend. (Pol) Bambang Hendarso Danuri pada tanggal 20 September 2010 kemarin soal penangkapan dan penembakkan 18 tersangka teroris, dimana diantara pernyataannya menyebutkan bahwa menurut keterangan tersangka, mereka terlibat dengan Al Qaeda dan JAT (Jama’ah Anshorut Tauhid), seperti yang dimuat dalam Kompas, 21 September 2010. Dan juga munculnya upaya pengkait-kaitan Ustad Abu Bakar Ba’asyir dengan kasus perampokan Bank CIMB Medan tersebut padahal beliau berada dalam tahanan Bareskrim Mabes Polri sebagaimana pemberitaan beberapa mass media, tudingan yang bernuansa fitnah dilontarkan, dengan menerabas prinsip praduga tidak bersalah, oleh Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen ( Pol ) Iskandar Hasan.

Untuk itu, kami selaku Pengurus Pusat Jama’ah Anshorut Tauhid perlu menyatakan hal-hal penting sebagai berikut :

1. Bahwa kami telah berulangkali menegaskan garis perjuangan yang kami tempuh adalah terbuka dalam arti semua program kami terang-terangan dan tidak ada kegiatan atau program kami yang bersifat rahasia.

2. Bahwa JAT tidak memiliki dan tidak merencanakan program yang mengindikasikan adanya muatan atau unsur-unsur yang terkait dengan kriminalitas apalagi terorisme.

3. JAT memiliki kepentingan yang sama dalam menjaga ketentraman masyarakat dari berbagai kejahatan jadi tidak mungkin terlibat dalam hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan bersama itu.

4. JAT menolak dengan keras berbagai upaya rekayasa terorisasi maupun kriminalisasi terhadap berbagai kasus yang menimpa aktivis atau ulama Islam, sebagaimana upaya pengkait-kaitan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dengan tindak kriminalitas atau terorisme. Khusus untuk kasus Medan, kami juga menengarai dan mengendus bau busuk intrik-intrik dan rekayasa jahat dibalik peristiwa perampokan tersebut. Yakni adanya upaya kuat untuk mengkambing-hitamkan kelompok tertentu sejak pertamakali kasus ini terjadi dan mencuat di berbagai liputan dan pemberitaan.

5. Maka upaya-upaya yang selalu mengkait-kaitkan institusi JAT dengan tersangka pelaku kriminal maupun dugaan pelaku tindak terorisme yang dilakukan seseorang, jelas merupakan upaya rekayasa pemaksaan kasus seperti jaman-jaman orde baru yang selalu menjadikan Islam dan kaum Muslimin sebagai pesakitan.

...demi kebaikan semua lapisan masyarakat dan bangsa, yakni untuk tidak melibatkan diri dalam upaya rekayasa penyudutan dan pembusukan Islam dan kaum muslimin di negri ini. Hentikanlah berbagai fitnah dan semua kebohongan publik yang telah dilakukan tanpa belas kasih dan tiada rasa malu itu...

6. Kami mengingatkan semua pihak demi kebaikan semua lapisan masyarakat dan bangsa, yakni untuk tidak melibatkan diri dalam upaya rekayasa penyudutan dan pembusukan Islam dan kaum muslimin di negri ini. Hentikanlah berbagai fitnah dan semua kebohongan publik yang telah dilakukan tanpa belas kasih dan tiada rasa malu itu. Karena hal itu hanya akan menambah beban penderitaan mayoritas rakyat. Kami percaya, bahwa pada akhirnya akan terbukti adanya otak dan tangan-tangan asing yang bermain untuk terus menerus melemahkan bangsa yang mayoritas muslim ini agar sumber daya manusia dan kekayaan alamnya terus mereka bisa kuasai.

7. Terakhir, sebagai kaum yang lemah, kami berpasrah diri dan menggantung harapan kepada Alloh Azza wa Jalla, Rabb kami dan anda semua bahkan Rabb alam semesta, dimana kami yakin IA tidak pernah lalai dari perbuatan hamba-hambaNya, IA juga tidak pernah mengabaikan doa-doa orang-orang yang mengimaniNya. Sungguh IA Maha Gagah dan Maha Perkasa untuk membela Diin dan UmmatNya serta Maha Berkuasa atas segala urusan hamba-hambaNya.

Hasbunalloh wa ni’mal Wakiil, ni’mal Maula wa ni’man Nashiir.
Demikianlah pernyataan kami, semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala membukakan kebenaran bagi kita semua yang menghendakinya, amiin yaa Mujibas Sailin !


Sukoharjo, 11 Syawwal 1431/ 22 September 2010

Amir Biniyabah



Ust. Muhammad Achwan
Katibul aam JAT

Readmore...

Rabu, 22 September 2010

Kaitkan JAT dengan Perampokan, Polisi Tergesa-gesa dan Sebar Fitnah

Jakarta (voa-islam.com) - Menanggapi statement Kapolri yang mengaitkan perampokan Bank CIMB Niaga Medan dengan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Ketua sementara JAT Muhammad Achwan menilai Polri merekayasa kasus tersebut dengan mengaitkan JAT, Perampokan dan jaringan teroris di Aceh. Sebab, JAT tidak memiliki anggota di Medan dan Sumatera Utara.

"JAT tidak ada cabang di sana. Di luar Jawa baru ada di Bima, NTB, yang lain belum. Ini pernyataan tergesa-gesa. Selalu dikaitkan-kaitkan. Mungkin nanti ada politikus yang dikait-kaitkan dengan JAT seperti rekayasa di Aceh itu. Jadi kepolisian sendiri yang merekayasa," jelas Muhammad Achwan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (21/09).

..."JAT tidak ada cabang di sana. Di luar Jawa baru ada di Bima, NTB, yang lain belum. Ini pernyataan tergesa-gesa. Selalu dikaitkan-kaitkan...

Menurutnya, secara umum JAT tidak terlibat dalam perampokan tersebut. Namun, mungkin saja ada anggota yang melakukan tindakan di luar kebijakan JAT atau melakukan tindakan indisipliner. Dalam hal ini sebagai pimpinan JAT, Abu Bakar Baasyir dihadapkan pada posisi dilematis.

Menurutnya, dari 18 orang yang ditangkap terkait perampokan itu, tidak ada satupun anggota JAT. "Kadang-kadang banyak yang ingin bergabung dengan kita. Tapi, fikroh mereka masih di luar kebijakan kita. Itulah mengapa terkadang ada tindakan indisipliner, itu mungkin terjadi. Tapi ini bukan anggota kita," jelasnya.

Achwan juga menilai sangat ironis jika JAT dikaitkan dengan perampokan. Sebab, salah satu misi JAT adalah memberantas penyakit masyarakat, termasuk perampokan.

Sangat ironis kalau ustadz Abu memerintahkan orang-orangnya untuk merampok. Justru Jemaah Anshorut Tauhid itu ingin memberantas penyakit masyarakat, termasuk perampokan itu," ujar Muhammad Achwan.

Polisi Hargai Praduga Tak Bersalah Dong!

Sementara itu, Tim Pembela Muslim (TPM) mengatakan jika Polri ingin memberantas terorisme secara hukum, maka Polri juga harus menjunjung asas praduga tidak bersalah. Hal tersebut disampaikan oleh TPM sehubungan dengan pernyataan Kapolri yang menghubungkan anggota perampokan Bank CIMB Niaga Medan dengan Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Baasyir.

..."Soal dikaitkan dengan JAT dan Ustadz Abu, saya pikir Pak Kapolri ini tidak tahu kalau ada azas praduga tak bersalah. Jadi janganlah memberikan satu statement yang berkaitan dengan penyudutan...

"Soal dikaitkan dengan JAT dan Ustadz Abu, saya pikir Pak Kapolri ini tidak tahu kalau ada azas praduga tak bersalah. Jadi janganlah memberikan satu statement yang berkaitan dengan penyudutan. Lebih bagus itu nanti saja dalam persidangan," ujar Ketua TPM Achmad Michdan, saat ditemui di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (21/19).

Michdan juga mengatakan perkara Abu Bakar Baasyir saja belum diajukan, namun Polri sudah mengeluarkan pernyataan yang bersifat menyudutkan. "Kami beritahu bahwa JAT tidak ada di Medan. JAT tidak ada di Sumatera, yang ada di Jawa," ucapnya.

Sementara untuk orang-orang JAT, Michdan juga mengatakan tidak ada, karena para tersangka perampok tersebut semuanya merupakan orang Medan. Namun demikian, Ketua TPM ini membenafrkan ada salah satu keluarga dari tersangka yang menghubungi TPM di Medan, dan TPM Medan tengah mendalami kasus ini.

Saat ditanya apakah JAT sudah mengklarifikasi tidak ada anggotanya yang terlibat dalam perampokan Bank CIMB Niaga Medan, Achmad Michdan mengatakan sudah melakukannya.

"Yang jelas dari pihak JAT sendiri melalui ustadz Abu, menyatakan tidak ada anggota JAT yang di Sumatera Utara. Itu yang konkret. Kemudian tuduhan semacam mengkait-kaitkan itu lebih baik tidak dipublikasikasikan dulu," ujarnya.

Ustadz Abu Hanya Tertawa

Saat mendengar kesimpulan Polri, Ustadz Abu Bakar Baasyir hanya tertawa. Polri menyimpulkan bahwa perampok Bank CIMB Niaga Medan terkait dengan Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) yang dipimpinnya. JAT, menurut Baasyir, tidak memiliki anggota di Medan atau Sumatera Utara

Hal itu disampaikan oleh Ketua Tim Pembela Muslim (TPM) Ahmad Michdan, saat mendatangi Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (21/09). Saat ditanya bagaimana tanggapan Abu Bakar Baasyir atas pernyataan dari Polri yang mengatakan anggota perampok Bank CIMB Niaga Medan terkait dengan jaringan terorisme dan JAT, Abu Bakar Baasyir tertawa mendengar hal itu.

..."Ya dia ketawa saja. Dia sempat bilang tidak ada JAT di Medan. Di Sumatera Utara tidak ada JAT...

"Ya dia ketawa saja. Dia sempat bilang tidak ada JAT di Medan. Di Sumatera Utara tidak ada JAT. Seharusnya Kapolri menjaga agar tidak mengeluarkan statement yang sifatnya harus dibuktikan di persidangan secara hukum," ujar Michdan menirukan ucapan Abu Bakar Baasyir.

Menurut Michdan, Baasyir menegaskan bahwa yang disampaikan Polri tersebut adalah fitnah. "Jadi jangan mengait-ngaitkan, itu bisa sumber fitnah. Azas hukum kita juga menganut azas praduga tak bersalah, nama orang saja kalau belum tersangka dan diadili itu harus inisial."

Kenapa Harus Ditembak Mati?

Tim Pembela Muslim (TPM) juga menyayangkan terjadinya penembakan terhadap 3 orang yang tersangka perampokan Bank CIMB Niaga Medan. Menurut Ketua TPM Achmad Michdan, seharusnya penembakan hingga menyebabkan tewasnya tersangka itu tidak perlu terjadi untuk mempermudah mengungkap apa yang ada dibalik perampokan.

..."Yang jelas kita menyayangkan tindakan terhadap upaya dengan harus menyebabkan matinya ketiga tersangka tersebut...

"Yang jelas kita menyayangkan tindakan terhadap upaya dengan harus menyebabkan matinya ketiga tersangka tersebut. Harusnya ini seoptimal mungkin harus bisa ditangkap untuk membuka tabir di balik perampokan ini," ucap Ahmad Michdan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (21/9).

Michdan juga mengatakan TPM sendiri sudah berulang kali meminta kepolisian tidak menembak mati para tersangka yang dianggap terkait jaringan terorisme, untuk itu TPM melihat harus ada pihak yang mengevaluasi cara kerja Densus 88 anti teror.

"Kami sudah berulang kali meminta kepolisian untuk bertindak profesional untuk tidak melakukan, saya pikir tempatnya relatif bisa sedemikian rupa. Ini mesti ada pihak-pihak yang mengevaluasi tindakan densus 88 dengan cara itu," tegas Michdan.

Hari ini tim pembela muslim dengan puluhan anggota JAT mendatangi Bareskrim Mabes Polri untuk menjenguk Abu Bakar Baasir. Di antara anggota yang hadir adalah ketua sementara Jamaah Anshorud Tauhid, Muhammad Achwan. (LieM/inh)

Readmore...

DENSUS 88 DAN PERANG MELAWAN ISLAM

Isu Densus 88 akan diinvestigasi oleh Australia mencuat. Gara-garanya Australia tidak terima atas perlakuan Densus terhadap separatis RMS. Autralia marah, sebab sebagaimana diakui oleh Kabidpenum Mabes Polri Kombes (pol) Marwoto Suto, negara itu memang mempunyai andil terhadap Densus dengan memberikan sejumlah paket bantuan untuk palatihan. Tentu saja ini adalah pengakuan terbaru dari pihak kepolisian. Selain Australia, penyandang dana Densus 88 adalah Amerika Serikat.

Untuk sekedar mengingatkan pembaca, kami menurunkan kembali tulisan jurnalis senior yang juga mantan Redpel Tempo, Amran Nasution, tentang Densus 88 dan Perang Melawan Islam yang beberapa tahun lalu dimuat di Tabloid Suara Islam. Selamat membaca!. (redaksi suara islam.com)

Detasemen Khusus (Densus 88) Anti-Teror Polri ternyata dibentuk atas biaya sepenuhnya dari pemerintah Amerika Serikat. Majalah “Far Eastern Ekonomic Review“ (FEER), edisi 13 November 2003, menulis bahwa pemerintahan Bush mengeluarkan biaya 16 juta dolar (Rp 150 Milyar ) Untuk membentuk detasemen yang punya 400 Anggota itu. Hal yang sama ditulis Koran “ Jakarta Post”, 6 September 2004, dan “Warta Kota”, 12 November 2003.

Laporan Congressional Research Service (CRS), Lembaga riset di bawah The Library Of Congress pada tahun 2005, memaparkan dengan rinci dana yang di keluarkan pemerintah Bush untuk Indonesia, termasuk untuk polri dan pasukan Anti – terornya. Misalnya, pada tahun 2004, Amerika Serikat memberikan bantuan $US. 5.778.000 tahun 2005 sebesar $ US 5.300.000.

Kenapa bantuan rutin diberikan? Karena Indonesia dianggap berjasa di dalam perang melawan teror. “Kontribusi Indonesia untuk “global war on terror “ adalah kepentingan vital Amerika Serikat,“ tulis laporan itu .

Melihat fakta dan data di atas, muncul pertanyaan : Bolehkah Polisi Kita bekerja sesuai dengan keinginan asing? pertanyaan kedua: bila itu benar, tidakkah itu bertentangan dengan UUD 1945?. Pertanyaan-pertanyaan itu bertambah penting, karena sekarang sudah terbukti, “ War on terror” adalah “ War on Islam” atau perang untuk menghancurkan Islam.

GLOBAL WAR ON ISLAM
Perang melawan teror diproklamirkan Presiden George W. Bush 20 September 2001. “Perang melawan teror tak akan berhenti sampai semua group teroris dunia ditemukan, dihentikan dan dikalahkan,” kata Bush. Pada kesempatan itu, Bush tak lupa menguraikan bahwa perang melawan teror adalah “crusade” Alias perang salib. Itulah perang tentara Islam dengan Kristen 1000 tahun lalu, untuk memperebutkan Yerusalem.

Proklamasi perang itu diikuti pengarahan pesawat tempur membombardir Afganistan, Oktober 2001, dengan dalih untuk menghancurkan teroris Al-Qaedah, Pemimpinya Usama Bin Laden , serta Rezim Taliban yang melindunginya.

Tak terhitung korban sipil yang jatuh. Afghanistan kemudian dijajah Amerika Serikat dan sekutunya. Sekitar 2.1 Juta warganya jadi Pengungsi ke Iran atau Negara lain. “War On Teroris” dilanjutkan dengan menyerang Irak pada 2003.

Untuk melengkapi infrastrukturnya dalam perang ini, Bush mendirikan penjara di Teluk Guantanamo, Kuba, dan penjara rahasia di Eropa dan Asia. Waktu menyerang Afghanistan, Bush berdalih untuk memburu Al-Qaeda. Lalu menyerang Irak karena Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Ternyata semua itu bohong. Senjata itu tak pernah ditemukan.

Di Palestina, Amerika dan sekutunya Israel mengadu Fatah dengan Hamas, Sunni diadu dengan Syiah di Lebanon dan Irak. Somalia, Negeri Islam yang amat miskin, di obrak-abrik. Survei yang dilakukan Zogby International, untuk Georgetown University, guna mengetahui sikap masyarakat muslim Amerika Serikat pada 2004, menunjukkan, mayoritas (38%) responden percaya bahwa sebenarnya “War on Terror “ itu adalah “ War On Islam”.

Menurut Zahid Buchari, Direktur Survei Zogby International, munculnya persepsi “War On Islam” akibat pernyataan menyerang Islam dari para pendeta pemimpin Kristen Evangelical Amerika Serikat, seperti Pat Robertson, Jerry Palwell (meninggal beberapa bulan lalu), dan Franklin Graham.

Padahal para pendeta itu dekat sekali secara politik dengan Gedung Putih, terutama dengan Presiden Bush. Buku “America Theocracy” (2006) yang ditulis Kevin Phillips, mantan ahli strategi partai Republik, bahkan menyebutkan, kini Partai Republik merupakan partai Kristen Fundamentalis pertama di dalam sejarah Amerika Serikat. Segepok indikator dan bukti ada di dalam buku itu. Dalam konteks ini menjadi jelas kenapa Bush menyamakan “War On Terror” dengan Perang Salib.

Survey oleh WorldPublicOpinion.org yang tadi dikutip di atas – didukung START Concortium dari University Of Maryland, menunjukkan bagaimana sikap umat Islam terhadap politik luar negeri Amerika. Survey dilakukan dengan jajak pendapat mendalam (in-depth poll) di empat Negara berpenduduk mayoritas Islam: Indonesia, Mesir, Maroko, dan Pakistan, dari Desember 2006 sampai Februari 2007.

Hasilnya, Mayoritas responden 4 negara itu, percaya bahwa Amerika Serikat berusaha menghancurkan dan memecah belah dunia Islam. Responden yang berpendapat seperti itu rata-rata 79 % dari mulai Indonesia 73 % sampai Mesir 92 %.

Dalam presentase yang sama besar (rata-rata 79%), Responden berpendapat, Amerika Serikat sedang berusaha menguasai sumber-sumber minyak di Timur Tengah. Malah dalam jumlah cukup besar (rata-rata 64 %), responden percaya bahwa tujuan Amerika Serikat adalah untuk menyebarkan Kristen di Timur Tengah.

Maka Arab Saudi yang selama ini dikenal dekat dengan Amerika Serikat kini tampak mulai bersikap lain. Koran “USA TODAY”, 1 September 2006, membuat laporan ketika Mufti Besar Kerajaan Arab Saudi, Sheik Abdul-Aziz Al-Sheik, berkhutbah di Padang Arafah di musim haji 2006, yang dibanjiri lebih dari 2 juta jemaah.

Suara ulama ini biasanya mirip sikap pemerintahannya. Nah, ia mengatakan Umat Islam sekarang sedang menghadapi tantangan yang gawat : dituduh teroris, melanggar hak asasi manusia, dan disuruh merevisi buku teks di sekolahannya “Oh bangsa Muslim, sekarang ada perang terhadap keimanan kita, terhadap budaya kita, dengan dalih palsu memerangi terorisme. Kita harus tabah dan bersatu untuk mempertahankan agama kita. Musuh-musuh Islam ingin mengubah Islam itu dengan nilai-nilai dan penafsirannya, tapi tentara Allah pasti akan menang“ katanya. Terdengar teriakan “amin” membahana di padang gersang

KEBEBASAN JADI DALIH
Majalah mingguan Al Ahram mengangap kecaman Paus Benedict XVI yang menyebutkan Islam disebarkan dengan Pedang, Karikatur Koran Denmark yang melecehkan Rasulullah, berita “ the daily telegraph “ yang menuding nabi, semua adalah bagian dari perang melawan teror .

Bukankah itu kebebasan berekspresi? koran tadi menolaknya. Ditunjukkan bukti, bagaimana sekarang setidaknya 12 negara Eropa menyeret siapa saja ke dalam penjara bila berani mengkritik kebenaran “holocaust“. Pembunuhan orang Yahudi pada Perang Dunia II oleh Jerman. Di mana kebebasan bereksipresi?
Di antara Negara Eropa dimaksud adalah Perancis, Jerman, Italia, Belgia, Austria dan Polandia. Di sana, sekalipun anda peneliti sejarah bergelar doctor, akan dijebloskan ke penjara, bila mengkritik kebenaran “holocaust” ancaman hukumannya tak main-main. Mulai paling ringan, 15 bulan di Swiss sampai terberat 20 tahun penjara di Austria. Dan korbannya sudah banyak .

Di dalam laporan tahunan yang dimuat di Koran Inggris, “The Guardian” 23 Mei 2006, Amnesty International menyerang habis penjara Guantananmo. Amnesty menjulukinya Gulag hari ini (“Gulag Of Today”). Gulag adalah kamp tahanan Uni Soviet untuk lawan politik pemerintah. Sekarang Amerika punya “Gulag of Today”, simbol keangkuhan dan kesewenang-wenangan Negara “Super Power”.

Di sana terdapat hampir 400 tahanan yang ditangkap dari seluruh dunia. Mereka ditahan tanpa jelas tuduhannya, tak bisa ditemui (termasuk oleh pengacara) dan sudah 5 tahun tak dibawa ke pengadilan. Harap catat: semuanya beragama Islam.

Apalagi laporan dari Guantanamo menyebutkan di sana terjadi penyiksaan, penghinaan martabat manusia, serta pelecehan terhadap agama Islam yang luar biasa. Kitab suci Al-Qur’an di masukkan ke dalam kloset. Tujuannya agar tersangka marah dan terpancing buka mulut. Bacalah buku “For God and Country : Faith dan Patriotism Under Fire” tulisan James Yee dan Aimee Molloy (2005)

UNTUK MINYAK DAN ISRAEL

Kenapa Afghanistan dan Irak dihancurkan? kenapa ada “war on terror “? wartawan terkenal Craig Unger dalam bukunya “House of Bush, House of Saud“ (2004) menyederhanakan pilar kebijakan politik Amerika di Timur Tengah, cuma dengan dua kata: minyak dan Israel. Setiap langkah negeri itu, pasti berhubungan dengan minyak. Kalau tidak, dengan Israel, sekutu strategisnya sejak Perang Dunia II.

Oleh karenanya Palestina dan Lebanon harus di pecah-belah. Bila keduanya kuat akan mengancam Israel. Iran dan Syria harus diremukkan sebab selalu mengancam negeri Yahudi itu. Bila Iran sekarang di keroyok dan dipojokkan di Dewan Keamanan PBB dengan dalih pengadaan Uranium, itu cuma alasan yang dibuat-buat. Besok pun, urusan itu bisa diklirkan, asal Iran berbaik-baik dengan Israel. Apalagi kalau minyaknya di serahkan kepada perusahaan Amerika .

Ketika Perdana Menteri Iran Mohammad Mosaddeg yang terpilih secara demokratis, menasionalisasikan perusahaan minyak di negerinya, ia segerah dituduh main mata dengan negeri komunis Uni Soviet. Operator CIA pun bergerak.

Operasi itu dipimpin Kermit “kim” Roosevelt, cucu mantan Presiden Teddy Rosevelt. Maka dollar pun ditebar untuk menghasut orang, tapi terutama untuk mendirikan atau membeli koran dan wartawan. Tiba-tiba saja bermunculan banyak koran baru di Teheran, dan dengan galak menyerang Perdana Menteri Mosaddeg.

Orang-orang Kim Roosevelt menggarap para jenderal untuk melakukan kudeta. Seperti tercatat dalam sejarah, aksi CIA itu berhasil. Agustus 1953, huru hara pecah di negeri itu, dan Musaddeg ditumbangkan . Shah Iran yang sudah lari ke Roma, dipanggil pulang, dinobatkan menjadi raja. Bila diamati, apa yang terjadi mirip dengan peristiwa mei 1998 di Indonesia, dengan kasus US$ 26 Juta dari Amerika itu.

Semua ini bukan teori konspirasi, apa yang terjadi – 47 tahun kemudian – diakui secara terbuka oleh Madeleine Al-bright, Menteri Luar Negeri di masa Presiden Clinton. “Pada 1953, Amerika memainkan peran yang signifikan, untuk menjatuhkan Perdana Menteri Mohammad Mosaddeg yang popular,“ kata Albright dalam suatu acara di Hotel Omni Shoreham, Washington, 17 Maret 2000 (Kenneth M.Pollack, “ The Persian Puzzle”,2004)

Kisah seperti inilah sesungguhnya yang terjadi di balik “War on Terror”, bisa di baca buku “Failed States”, dan lebih detil di dalam “America Theocracy”. Penyerbuan terhadap Afghanistan dan Irak sudah di rencanakan sebelum terjadi serangan terror 11 September. Keduanya karena alasannya minyak.

Pertanyaanya sekarang, apakah polisi kita harus ikut menjadi bagian dari perang seperti ini ?? (Amran Nasution)

Readmore...